Hampir setiap hari selalu ada tamu yang bertandang ke rumah. Biasanya Bapak melayani cerita yang dibawa sang tamu dengan tatap mata membulat, senyum disertai kerut kening, dan jawaban yang buat tamu tak berkutik.
Bapak memiliki kemampuan menerka apa tujuan tamu berkunjung. Ilmu terkaologi diperoleh Bapak karena dulu pernah aktif di beberapa lembaga-lembaga pendampingan masyarakat miskin dan tertinggal, mitigasi bencana.
Juga ilmu terkaologi diberi seorang teman ketika aktif di lembaga-lembaga itu. Nama teman ini Barkopologi.
Ketika tamu-tamu datang. Ibu di dapur membuat kopi atau teh sesuai permintaan Bapak setelah bertanya kepada sang tamu, "minum teh atau kopi?"
Setelah itu Ibu ke ruang tamu membawa secangkir kopi atau teh beralas piring kecil dan beberapa makanan kecil pendamping bagi tamu dan Bapak.
Kalau Ibu sedang tidak di rumah maka kami lah-sang anak-yang diminta tolong Bapak untuk membuat kopi atau teh bagi tamu yang bertandang. Bahkan ketika Ibu dan kami tak berada di rumah, Bapak sendirilah yang buat kopi atau teh tamu.
Jam sepuluh malam. Ibu dan kami terlelap di kamar dan tempat tidur masing-masing di dingin cuaca sehabis hujan setelah nonton tv, bercerita dan tertawa bersama.
Bapak setelah setelah baca buku, merokok dan lihat kangkung hidroponik maka Bapak menulis tuk di kirim ke Kompasiana.com. Kecendrungan tulisan Bapak ke humaniora. Jam 1 malam Bapak tidur.
Seperti pada malam itu. Tamu yang datang jam sebelas malam. Kala malam gulita, hujan lebat, petir menggelegar, Tamu kali ini tak biasa.
Tak biasa dari jam bertamu. Tak biasa dari orangnya, cara berpakaian dan kata-kata yang diucapkan kepada Bapak. Tamu ini pejabat penting di kampus yang ada di kota kami. Setelah ngobrol dua puluh menit Bapak ke dapur membuatkan sang tamu kopi.
Bapak menamainya tamu intelektual. Tentang penamaan tamu ini memang sudah kebiasaan Bapak. Berdasarkan keperluan tamu, ciri-ciri, latar belakang pendidikan dan pergaulan sosial tapi Bapak bukan rasis.