Hasrat berkuasa masih di atas segalanya _Kompas, 18/11/2006_
Dulu ketika berkuliah dengan Prof.Dr. Sirajuddin Zar, M.A. dijelaskan pengertian filsafat yaitu berpikir secara mendalam dengan akal sebagai alatnya untuk mencari hakikat sesuatu.
Untuk lebih memperjelas dan mudah dipahami pengertian filsafat seperti tertulis diatas oleh kami maka beliau memberikan satu contoh yaitu kursi dengan bertanya apa hakikat kursi.
Maka jawaban meluncur dari kami, ada yang mengatakan hakikat kursi adalah tempat duduk, ada pula yang menjawab kursi pada hakikatnya adalah benda dari tidak ada kemudian dibuat ada.
Pak Prof hanya tersenyum mendengar jawaban kami. Kemudian beliau memberikan contoh. Di suatu ketika si Ali pulang kampung dengan naik bus umum, lama perjalanan 4 jam dan bangku seluruh bus terisi penuh dan Ali harus berdiri.
Setelah lama berdiri lalu ada penumpang turun di dekat Ali berdiri tadi karena kosong maka Ali mendudukinya, maka apa yang dirasakan Ali? Jawab prof adalah kenyamanan, kesenangan karena setelah sekian lama berdiri tegak di dalam bus. Maka ujar beliau hakikat kursi adalah kenyamanan, hakikat kursi adalah kesenangan.
Harapan kepada Kursi yang Terpilih
Pemilu serentak yang memilih presiden, wakil presiden, anggota DPR mulai dari tingkat pusat, kabupaten/kota, DPD RI, pada 17 April 2019. Dan hasilnya nanti akan ada yang bahagia karena terpilih, ada juga yang bersedih karena tidak terpilih.
Intinya mengejar kursi. Kursi disimbolkan sebagai kenyamanan dan kesenangan.Â
Moga-moga kenyamanan, kesenangan bukanlah untuk diri sendiri yang memperoleh kursi atau tim sukses tapi teramat penting adalah orang-orang yang telah mempertaruhkan amanah dan suara mereka untuk memilih sang peraih kursi karena janji-janji di kampanye sudah terucap dan itu mesti ditunaikan.
Selamat menduduki kursi atau selamat di duduki kursi bagi yang menang dan untuk yang kalah tak perlu berkecil hati. Masih banyak ruang untuk berkontribusi bagi terciptanya kesejahteraan rakyat. Ingat, ingat lah kami (rakyat) yang memberi kuasa kursi kepada bapak dan ibu terhormat.
Curup
27.02 2019.
JR (ditulis untuk Kompasiana)