Dulu pas masih SD, saya rajin duduk di depan. Untuk itu di hari pertama sekolah, saya berangkat pagi-pagi untuk mendapatkannya. Tidak sampai sepagi seperti yang di berita sih, saya cuma berangkat normal jam 6 pagi.
Waktu berlalu, saya beranjak masuk sekolah tingkat SMP, lalu SMA. Saya masih tetap duduk di barisan depan, tapi tidak depan-depan banget. Sesekali saya juga pernah memilih duduk di barisan belakang, dan hasilnya memang benar, saya tak banyak mengerti pelajaran yang diberikan oleh guru.
Waktu berlalu lagi, saya beranjak masuk kuliah, dan di sini saya lebih sering duduk di barisan belakang (apalagi kalau dosennya agak membosankan). Dan hasilnya, ternyata nilai rata-rata kuliah saya tidak lebih buruk daripada teman-teman yang duduk di depan, bisa dibilang sama saja.
Bagaimana ini sebenarnya?
Berebut Posisi Duduk
Kita disuguhkan aksi jenaka di hari pertama sekolah kemarin (17 Juli 2016), ketika banyak ibu-ibu yang beraksi untuk berebut kursi duduk untuk anaknya sekolah.
Ada yang melakban dan memaku tas di tempat duduk, ada pula yang berangkat ke sekolah di dini hari, jam 2 pagi!
Aneh-aneh saja.
Fenomena rebutan tempat duduk semacam itu tak berkembang tanpa sebab. Ada anggapan bahwa posisi menentukan prestasi. Para siswa yang duduk di depan cenderung memiliki nilai akademis yang baik, sedangkan siswa di barisan belakang kerap diidentikkan disukai oleh siswa-siswa pembuat onar.
Tapi apa memang benar?
Mari kita lihat saja data penelitiannya.