Mohon tunggu...
Fajri Satria Hidayat
Fajri Satria Hidayat Mohon Tunggu... Administrasi - Engineer • Marketer • Researcher

Industrial Engineering - Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tak Hanya Tulang yang Dibanting Belanda

7 Juni 2015   11:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:18 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampan rupawan, mungkin inilah kata yang menggambarkan negara Belanda. Dipandang-pandang dari situs pencari, Belanda seakan memamerkan keelokan negeri yang begitu indahnya. Negara dengan branding hamparan tulip warna-warni dengan kincir angir berpadu di dataran negeri. Dirimu mungkin sudah tahu, bahwa Belanda hari berbeda dari yang lalu. Negara yang memiliki keterbatasan terkait geomorfologis tanah yang sebagian besar berada dibawah permukaan laut. Ya, Air menjadi salah satu “musuh” Belanda sejak zaman dahulu.

Padang Tulip dan Kincir Angin Berpadu Membalut Belanda (sumber: coorporatestudygroup.com)

 

Life must go on, Belanda tidak meyerah begitu saja pada keadaan yang ada tentunya. Sebuah pepatah mengatakan “Alam takambang jadi guru”, dimana alam yang terus berkembang memberikan pengajaran dan nilai-nilai untuk hidup yang lebih baik. Warga Belanda membuat keterbatasan dan kerentanan terhadap banjir untuk segera diatasi. The dutch, atau masyarakat belanda kemudian melakukan Inovasi-inovasi untuk mengatasi permasalahan negara Kreatifitas itu dimulai dari sistem polder untuk proses reklamasi daratan hingga pembuatan Delta works, sebuah projek besar untuk mengatasi banjir dan  menjadi solusi terhadap permasalahan Belanda.

Cantiknya Ombak disekitar Delta Works (sumber : delftoutlook.tudelft.nl)

 

  Belanda berhenti sampai disitu? tentu tidak. Aman dari banjir tentu saja tidak cukup. Negara beribukotakan Amsterdam ini terus mengembangkan kemampuan untuk hidup kedepannya. Belanda kemudian melakukan peningkatan sistem produktifitas lahan dengan pemanfaatan pengelolaan tanah dan perairan. Tentu saja the dutch tidak hanya diam.  memanfaatkan lahan berair yang sedikit agar menjadi lebih produktif terutama pemanfaatan tanah untuk industri pertanian.

Proses pemanfaatan tanah berair menjadi lahan yang siap ditanami sejalan dengan proses reklamasi yang dilakukan Belanda. Belanda memanfaatkan lahan yang terbatas dengan teknologi pemanfaatan tanggul-tanggul polder dan pendalian sistem drainase yang baik dengan bantuan kincir angin pada daerah polder. Lahanpun mulai terbentuk. Topografi Belanda secara umum berupa dataran yang rata. Dataran yang ada memiliki ragam tanah liat dan berpasir. Daerah yang kandungan liatnya tinggi tentunya memiliki kesuburan yang lebih tinggi. Ditanah inilah lahan pertanian mulai dikembangkan.

Tanggul-tanggul polder yang dibangun Belanda selain dimanfaatkan untuk penahan banjir, juga dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Teknologi perubahan kontur tanah ini memiliki tujuan utama sebagai penahan banjir untuk daerah polder. Tanggul yang ada dibuat dengan menggunakan campuran inti pasir dan kemudian dilapisi tanah liat yang tebal agar memberikan ketahanan terhadap erosi dan sulit untuk dilewati air sebagai pelindung. Sampai dengan garis air tertinggi tanggul ini sering ditutupi dengan batu basal. Kemudian pada bagian atas  tanggul ditutupi oleh lahan pertanian rumput dan dikelola dengan baik untuk menjadi tempat merumput bagi domba ataupun ternak lainnya. Hewan ternak ikut menjaga lahan rumput dan membuat tanah-tanah ditanggul menjadi lebih padat dan lebih tahan dalam menghadapi banjir. Sekali tepuk dua lalat terjerat ya!

 

Lahan Pertanian Belanda (sumber : pixabay.com)

 

Tanah yang ada dilengkapi dengan pengelolaan sistem perairan yang baik. Sistem drainase yang terpada membuat perairan bisa diatur dengan baik sehingga menyebabkan tanah menjadi lebih subur dan disesuaikan dengan kebutuhan. Tanah yang subur tentunya akan memiliki dampak yang baik bagi semua sektor. Salah satunya produktifitas pertanian pada daerah-daerah berair belanda yang merupakan hasil reklamasi. Struktur tanah yang datar juga mendukung pertumbuhan pertanian.Tanah yang subur untuk pertumbuhan rumput kemudian juga digunakan untuk penggembalaan ternak. 6 % digunakan untuk tanaman pertanian dan hortikultura, 42 % adalah padang rumput permanen dan 2 % digunakan untuk tanaman permanen. Selain tanah, sektor pertanian di Belanda juga di dukung dengan iklim yang ringan, dan lokasi geografis yang tepat di jantung Eropa. Penggunaan teknik rumah kaca juga menambah penunjang teknologi tanah untuk produktifitas pertanian. Dengan lahan yang baik, Inovasi-inovasi yang lain tentu akan ikut bermunculan.

Pengelolaan Hasil Pertanian (sumber : greenmonk.net)

 

Pertanian di Belanda sangat terintegrasi dan penuh dengan teknologi modern. Belandapun mengalami peningkatan di industri pertanian. Tak tanggung-tanggung Belanda memegang peranan penting dalam produsen sayur dan buah dunia. Belanda menjadi salah satu eksportir terbesar kedua di dunia produk pertanian, How cool van oranye are ! Ekspor Belanda mencapai € 404.600.000.000 pada tahun 2011, atau meningkat hingga 8,9% dari tahun 2010 dan terus mengalami peningkatan. Tanaman yang diproduksi berupa kentang, jagung, gula dan bawang. Tulip yang sejatinya berasal dari negara lain, dikembangkan di Belanda dan pada musimnya di ekspor keseluruh dunia. Tulip pun menjadi salahsatu brand dari Belanda. Hingga dalam beberapa dekade terakhir, pertanian menjadi lebih besar dalam skala dan produksi menjadi lebih intensif.

                                   

Lahan Peternakan Belanda, say hi to the cow! (sumber : powerleveled.com)

 

 Sektor pertanian Belanda adalah beragam mencakup berbagai sektor peternakan dan tanaman budidaya yang meliputi peternakan sapi perah, budidaya di bawah kaca, pohon yang tumbuh dan pertanian. Hal ini juga didukung kerjasama yang baik antara petani-petani dalam meningkatkan kualitas produksi dan menjaga kualitas tanah dengan penuh tanggung jawab secara sosial dan berkelanjutan. Hal ini tentunya tak luput dari pengelolaan tanah yang dilakukan oleh Belanda.

Di balik tanah Belanda cuma ada air sajakah? Tidak. Ada gas ditemukan pada lapisan tanah dalam. Ladang gas Slochteren di Groningen Provinsi di Utara menjadi salah satu penghasil ladang gas alam terbesar di dunia. Belanda yang menjadi produsen dan mendapatkan peringkat di antara produsen terbesar dan distributor gas alam. Jumlah cadangan gas alam yang terletak di daratan saat ini berjumlah sekitar 2 triliun meterkubik. Sekitar 80%  cadangan berada di daratan tanah, sisanya 20% berada di Laut Utara benua. Kebutuhan pangan melimpah dan kebutuhan energipun terpenuhi. Belanda selain dilengkapi produktif untuk pertanian, tetapi juga gas alam dan the dutch tahu bagaimana cara full tank-an cinta untuk negaranya. Dan itu dari pengelolaan teknologi tanah yang dimiliki belanda. 

Hingga akhirnya, Belanda hari ini bukanlah sebuah pencapaian bagaikan air mengalir tapi dari sebuah kerja keras. Belanda tak cuma bekerja keras, tetapi Belanda hidup dengan kreatifitas yang ada pada masing-masing jiwa. Belanda hadir dan mendapatkan senyuman dari negara-negara lain bahwa hidup tak harus berpasrah pada keadaan yang ada. Belanda bermental pioner dan memberikan standar yang tinggi untuk teknologi yang dimilikinya. Belanda tak cuma membanting tulang untuk menyelesaikan permasalahan bangsanya, tetapi Belanda juga memberikan menularkan semangat yang dimilikinya kenegara yang lain untuk ikut berpacu bersama.

 

 

 

Sumber referensi :

 

http://www.dutchfarmexperience.com/

 

http://www.holland.com/us/tourism/article/tulip-season-in-holland.htm

 

http://www.government.nl/issues/water-management

 

http://www.nesoindonesia.or.id/tinggal-di-belanda/geografi

 

http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun