Selama ini kita tahu bahwa penggunaan styrofoam sering dihindari karena dianggap tak ramah lingkungan dan butuh 1000 tahun untuk terurai. Tapi dengan teknologi baru, styrofoam kini bisa terurai hanya dalam waktu 4 tahun.
Saat ini sebuah perusahaan asal Indonesia berhasil membuat styrofoam yang lebih ramah lingkungan. Bahan itu bernama oxodegradable polystyrene. Polystyrene sebetulnya merupakan bahan yang selama ini digunakan. Akan tetapi, untuk pembuatan produk yang lebih ramah lingkungan, polystyrene ditambahkan oxium. Oxium merupakan aditif yang ditambahkan ke dalam polystyrene sehingga dapat mempercepat terjadinya proses degradasi, dimana diperlukan waktu kurang lebih 4 tahun untuk menguraikan polystyrene di alam.
Dengan penambahan oxium, polystyrene akan bersifat oxodegradable, yakni terdegradasi melalui mekanisme oksidasi yang dipicu dengan adanya UV, panas, cahaya, oksigen dan mechanical stress. Pada fase yang paling akhir dari proses degradasi ini akan menghasilkan CO2, air dan biomass yang akan kembali ke alam. Atom penyusun polystyrene juga sama dengan beras atau gula, yaitu hidrokarbon. Hanya saja mata rantainya panjang sehingga mikroba tidak bisa memakannya dan membutuhkan waktu panjang untuk terurai dan akhirnya bisa dimakan oleh mikroba.
Menurut Sugianto, Presiden Direktur PT Tirta Marta Indonesia, yang memproduksi Styrofoam, polystyrene yang telah ditambahkan oxium juga telah melewati tes migrasi yang dilakukan di Balai Besar Kimia dan Kemasan, Jakarta. Hasilnya tidak ditemukan elemen beracun dalam oxium, dan berdasarkan standard RoHS 2006 (hasil pengujian Sentra Teknologi Polimer) menegaskan bahwa oxium aman untuk lingkungan.
Namun, kita harus tetap mewaspadai penggunaan Styrofoam ini. Ahli penyakit dalam dr Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM,dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan penggunaan Styrofoam tetap harus diwaspadai karena memang terbukti dapat mengganggu kesehatan. Apalagi bila terkontak dengan makanan bersuhu tinggi (panas) atau berminyak. “Molekul-molekul styrofoam akan pindah ke makanan,” ujar Aru melalui surat elektroniknya.
Styrofoam ini masih tetap mengandung polystyrene yang terdiri atas monomer stiren. Kandungan inilah yang berdampak negatif bagi kesehatan. Secara akut, stiren dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, gangguan saluran pernafasan atas, dan gangguan pada lambung. Dalam kondisi lain, terjadi gangguan pada saraf pusat yang menyebabkan depresi, sakit kepala, lelah, dan lemas. Lebih parahnya lagi, dapat menyebabkan gangguan pada ginjal.
Stiren sebagai pembentuk polisterin dalam styrofoam dikategorikan oleh EPA (Environmental Protection Agency) dan IARC (International Agency for Research on Cancer) sebagai bahan yang dianggap bisa menyebabkan kanker. Styrofoam dapat mengancam kesehatan setiap saat jika digunakan sebagai wadah sehari-hari. Stiren sebagai kandungan berbahaya dalam styrofoam bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui penggunaannya sebagai wadah atau kemasan. Stiren bisa mencemari makanan dalam kondisi suhu tinggi, misalnya memanaskan makanan makanan dalam oven microwave dengan wadah styrofoam. Peristiwa perpindahan bahan kimia dari kemasan ke dalam makanan disebut juga dengan migrasi. Migrasi tersebut dipercepat bila bahan pangan yang kontak dengan kemasan atau wadah tersebut dalam keadaan panas dan berminyak.
Sumber :
http://blogtronyok.blogspot.com/2011/04/styrofoam-yang-ramah-lingkungan.html
http://www.zeleaf.com/showthread.php?t=1451
http://www.sicilik.com/tumbuh-kembang/kini-styrofoam-aman-bagi-kesehatan-0
http://magazindo.com/tag/proses-degradasi/
http://bulevarhijau.com/index.php?option=com_content&view=article&id=127&Itemid=127
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H