Mohon tunggu...
fajrin karina1806
fajrin karina1806 Mohon Tunggu... Seniman - penari

🤗

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis Kebudayaan Indonesia dalam Perspektif Multikulturalisme dan Kebhinekaan

15 Januari 2025   12:11 Diperbarui: 15 Januari 2025   12:11 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia adalah negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Dengan lebih dari 1.300 suku bangsa, ratusan bahasa daerah, serta beragam tradisi, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara paling multikultural di dunia. Kebhinekaan ini menjadi sumber identitas nasional yang berlandaskan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika." Namun, di tengah modernisasi dan globalisasi, krisis kebudayaan mulai mengancam keberlanjutan warisan budaya Indonesia.

Multikulturalisme dan Kebhinekaan sebagai Kekayaan Bangsa

Multikulturalisme mencerminkan keberagaman budaya yang hidup berdampingan dalam satu negara. Dalam konteks Indonesia, multikulturalisme bukan hanya realitas, tetapi juga cita-cita yang dijaga melalui nilai-nilai kebhinekaan. Kebudayaan Indonesia meliputi seni, adat, tradisi, hingga sistem nilai yang menjadi perekat bagi keberagaman tersebut. Namun, kekayaan ini juga menghadirkan tantangan. Keragaman budaya dapat memicu konflik jika tidak ada pemahaman dan penghormatan antarbudaya. Dalam sejarahnya, Indonesia berhasil menjaga harmoni melalui gotong royong, toleransi, dan pengakuan terhadap keberagaman, yang semuanya berakar pada nilai-nilai Pancasila.

Krisis Kebudayaan: Ancaman Globalisasi dan Modernisasi

Di era globalisasi, budaya lokal semakin tergerus oleh arus budaya asing. Budaya populer global, yang sering dianggap lebih modern dan menarik, mendominasi ruang-ruang kehidupan generasi muda. Fenomena ini menyebabkan minimnya apresiasi terhadap budaya lokal, seperti seni tradisional, bahasa daerah, dan adat istiadat. Selain itu, urbanisasi juga membawa dampak besar terhadap kebudayaan lokal. Proses migrasi ke kota besar sering kali memutus hubungan generasi muda dengan tradisi leluhurnya. Sebagai contoh, seni tradisional seperti wayang kulit, tari daerah, atau permainan tradisional kini semakin jarang dipelajari karena dianggap kurang relevan dengan kehidupan modern. Tidak hanya itu, konflik antarsuku atau agama yang muncul dalam beberapa dekade terakhir juga menunjukkan rapuhnya pemahaman terhadap nilai kebhinekaan. Narasi eksklusivitas sering kali lebih menonjol daripada semangat inklusivitas yang seharusnya dijaga.

Menjaga Kebudayaan dalam Perspektif Multikulturalisme

Mengatasi krisis kebudayaan memerlukan pendekatan yang holistik. Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan adalah:

1. Pendidikan Berbasis Kebhinekaan

Pendidikan menjadi kunci dalam menanamkan nilai-nilai kebhinekaan kepada generasi muda. Kurikulum harus mengintegrasikan pengajaran tentang budaya lokal, bahasa daerah, dan sejarah kebangsaan, agar anak-anak Indonesia memahami pentingnya menjaga keberagaman.

2. Pemanfaatan Teknologi untuk Pelestarian Budaya

Teknologi dapat menjadi alat untuk mempromosikan budaya lokal. Misalnya, seni tradisional dapat dikemas dalam bentuk digital, seperti aplikasi pembelajaran tari daerah atau permainan interaktif berbasis tradisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun