Oktober selalu hadir dengan memori yang tak pernah bisa kita hapus dari ingatan. Sebulan yang penuh refleksi akan berbagai kejadian besar di tanah air, salah satunya adalah tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022. Peristiwa memilukan ini menorehkan luka mendalam bagi keluarga korban, pencinta sepak bola, dan bangsa Indonesia.
Kala itu, sepak bola, yang seharusnya menjadi ajang persaudaraan dan kegembiraan, berubah menjadi tragedi kemanusiaan. Stadion Kanjuruhan, tempat laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya berlangsung, menjadi saksi bisu bagaimana ribuan nyawa penonton yang tidak bersalah terjebak dalam situasi yang di luar kendali. Ketika gas air mata ditembakkan, kepanikan meledak. Ribuan orang yang hanya ingin menyaksikan tim kesayangan mereka bermain, justru harus berlari menyelamatkan diri.
Puluhan jiwa, termasuk anak-anak, menjadi korban dalam insiden itu. Mereka terhimpit, terinjak, dan kehabisan napas dalam desakan untuk keluar dari stadion. Tragedi ini menyisakan luka yang mendalam, bukan hanya bagi keluarga korban tetapi juga bagi seluruh pencinta sepak bola tanah air. Kesedihan yang mendalam mewarnai bulan Oktober itu, memanggil kita semua untuk mempertanyakan keselamatan dan kemanusiaan dalam dunia olahraga.
Oktober akan selalu menjadi bulan yang kita kenang dengan harapan besar agar peristiwa serupa tak terulang lagi. Kehilangan ini mengajarkan kita semua untuk tidak hanya merenung, tetapi juga bertindak. Tragedi Kanjuruhan adalah panggilan bagi setiap elemen sepak bola di Indonesia untuk berubah, demi memastikan keamanan dan kenyamanan bagi semua pihak yang terlibat. Sebuah pesan bahwa di setiap pertandingan, nyawa dan keselamatan adalah hal yang paling utama.
Penulis: Fajrin BilontaloÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H