Mohon tunggu...
Fajrin Bilontalo
Fajrin Bilontalo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kehadiran Tuhan di Antara Pekatnya Aroma Arabika dan Robusta

2 Oktober 2024   00:09 Diperbarui: 2 Oktober 2024   02:02 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Beju

Malam telah lama menjatuhkan kelamnya, namun di sudut Kabupaten Gorontalo, kedai kopi kecil itu tetap menjadi tempat peraduan bagi mereka yang mencari hangat di antara aroma biji kopi Arabika dan Robusta.

Di luar, hujan baru saja reda, meninggalkan jejak embun pada kaca jendela yang memisahkan kedai dari dinginnya malam. Udara basah yang masuk perlahan seolah menambah tenang suasana, seperti napas yang tertahan di antara detak detik yang terus berjalan.

Di dalam kedai, aroma kopi pekat memenuhi udara. Mesin pembuat kopi yang menderu halus bercampur dengan suara gemericik air hujan yang masih tersisa di luar. Seorang barista sibuk menyajikan pesanan, sementara beberapa orang duduk di pojok, tenggelam dalam obrolan santai yang diwarnai cerita-cerita sederhana tentang hari yang telah berlalu. Namun, di antara itu semua, ada sesuatu yang lebih. Di tengah kesederhanaan dan keheningan, Tuhan hadir.

Di antara butir-butir biji Arabika yang lembut dengan rasa asam yang khas, dan Robusta yang kuat dengan pahitnya yang mendalam, ada percakapan yang tidak terdengar, percakapan antara hati yang mencari dan Sang Pencipta yang selalu menunggu. 

Kopi yang tersaji di atas meja bukan sekadar minuman penghangat, tetapi seolah menjadi medium kontemplasi tentang rasa syukur, kesabaran, dan harapan. Setiap tegukan kopi, baik yang manis ataupun pahit, seperti mengajarkan bahwa hidup selalu datang dengan dua rasa yang tak pernah bisa dipisahkan.

"Di mana Tuhan?" tanyamu dalam hati, ketika menatap ke luar jendela, melihat langit yang kini cerah setelah hujan. Dan jawaban datang, bukan dalam suara, tetapi dalam kesadaran akan kehadiran-Nya di tengah malam yang dingin, dalam secangkir kopi yang hangat, dalam tawa kecil teman-teman di sekitarmu.

Malam itu, di kedai kopi kecil tersebut, Tuhan hadir di antara aroma Arabika dan Robusta. Tidak dalam wujud yang kasat mata, tetapi dalam ketenangan, dalam kesadaran bahwa di tempat sederhana seperti kedai kopi di sudut Kabupaten Gorontalo, ada makna yang mendalam. 

Tuhan selalu ada, di setiap tegukan, di setiap embusan napas, di antara hujan yang baru saja reda, dan di malam yang kembali tenang.

Penulis: Fajrin Bilontalo 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun