Di sebuah kedai kopi yang letaknya tidak jauh dari halaman Masjid Baiturahman Kabupaten Gorontalo, terdapat suasana ramai dan penuh kehangatan. Aroma kopi yang diseduh menguar, mengundang para pengunjung untuk berkumpul dan berbagi cerita.Â
Dari salah satu sudut kedai tersebut, ada sekelompok pemuda berkumpul, membahas topik yang tak terduga, yaitu hubungan antara Akatsuki, kelompok fiktif dari anime Naruto, dan peristiwa G30S/PKI yang mengubah sejarah Indonesia.
"Eh, kalian pernah berpikir tidak, kalau Akatsuki itu mirip dengan PKI?" tanya Rudi, seorang mahasiswa yang dikenal suka mengaitkan berbagai isu dengan dunia fiksi. Teman-temannya yang lain, Fira dan Andi, langsung menatapnya dengan penasaran.
"Bagaimana bisa?" tanya Fira sambil menyeruput kopinya. "Akatsuki kan hanya fiksi, sedangkan G30S/PKI itu nyata dan berdarah."
Rudi tersenyum, "Tapi, lihatlah. Keduanya punya ambisi untuk mengubah dunia dengan cara yang radikal. PKI ingin menggulingkan pemerintahan untuk menciptakan masyarakat komunis, sementara Akatsuki berusaha menciptakan dunia yang damai melalui kekuatan. Mereka sama-sama punya tujuan besar, tapi metode yang mereka pilih justru berujung pada kekacauan."
Andi, yang selama ini lebih menyukai sejarah daripada anime, mengangguk setuju. "Memang, pengkhianatan menjadi tema yang mengikat keduanya. Di G30S/PKI, banyak intrik di antara para pemimpin dan anggota, sedangkan di Akatsuki, pengkhianatan antar anggota juga terjadi. Itu menunjukkan bagaimana ambisi bisa menghancurkan sebuah organisasi dari dalam."
"Jadi, kau mau bilang kalau semua pengkhianatan itu mirip?" Fira menambahkan.
Rudi menggelengkan kepala. "Bukan begitu, tapi ada benang merahnya. Dalam kedua kasus itu, ambisi dan ideologi yang kuat menjadi penyebab utama keruntuhan. PKI dan Akatsuki sama-sama berjuang untuk sesuatu yang mereka yakini benar, tetapi cara mereka justru menciptakan lebih banyak penderitaan."
Fira mengangkat cangkirnya. "Aku rasa kita harus melihat dari perspektif kemanusiaan. G30S/PKI meninggalkan trauma mendalam dalam sejarah Indonesia. Penganiayaan dan pembunuhan massal sangat menyedihkan. Di sisi lain, meskipun Akatsuki adalah fiksi, tindakan mereka juga menyebabkan banyak korban."
"Ya, dampak sosial yang ditinggalkan sangat nyata," kata Andi. "Dalam G30S/PKI, kita lihat bagaimana stigma dan ketakutan melanda masyarakat. Di dunia ninja, meski Akatsuki berusaha menciptakan perdamaian, mereka hanya menciptakan lebih banyak kekacauan."