Mohon tunggu...
Fajrin Bilontalo
Fajrin Bilontalo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Gorontalo

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Roman

Sudah Ku Paksa Lupa, Tapi Hati Masih Ada Rasa

30 Agustus 2024   18:10 Diperbarui: 30 Agustus 2024   18:11 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Student-Binus University 

Setiap sudut hari yang berlarian, ada satu nama yang terus saja berbisik di antara detik-detik waktu. Sudah ku coba melipat ingatan, menutup rapat lembaran kisah yang pernah kita goreskan bersama. Berulang kali ku bisikkan pada diri, "Lupakan saja." Namun, hati ini terlalu keras kepala, terlalu setia pada jejak-jejak yang kau tinggalkan di dalamnya.

Pernah ku kira, jarak adalah penawar, bahwa waktu akan menjadi penghapus pelan-pelan, sampai tak ada lagi jejak langkahmu yang tertinggal di hati. Tapi ternyata, semakin ku paksa untuk melupakan, semakin erat kenangan itu menggenggam. Mungkin ini bukan soal lupa, tapi soal rasa yang tak pernah benar-benar pergi, hanya bersembunyi di balik senyum-senyum yang ku paksakan.

Setiap ku coba menutup mata di malam hari, bayanganmu datang tanpa diundang. Seakan ada tangan tak terlihat yang membuka kembali lembaran cerita yang sudah ku tutup rapat-rapat. Hati ini, meski sudah ku suruh diam, masih saja menyimpan harapan yang tak seharusnya. Masih saja menyimpan rasa yang tak pernah hilang, hanya tersimpan di sudut terdalam.

Dan kini, di setiap detak yang berlalu, aku bertanya-tanya: Apakah ini yang dinamakan cinta? Sebuah rasa yang tak mengenal kata selesai, tak terikat oleh ruang dan waktu, terus hidup meski dalam diam. Sementara di luar sana, dunia berjalan tanpa peduli, melanjutkan kisah tanpa kita. Tapi di dalam sini, ada perasaan yang terus berdenyut, meski logika berkali-kali menepisnya.

Sudah ku paksa lupa, tapi hati masih saja menyimpan rasa. Mungkin inilah takdir dari cinta yang tak pernah sampai, hanya tersisa sebagai rahasia yang bersembunyi di dalam diri, menunggu waktu untuk kembali mekar atau perlahan-lahan layu. Namun entah kapan, dan entah bagaimana, aku tahu bahwa suatu hari nanti, rasa ini akan menemukan jalannya sendiri, keluar dari bayang-bayang dan kembali ke dalam cahaya.

Meski untuk sekarang, aku hanya bisa menerima, bahwa hati memang punya cara sendiri untuk menyimpan apa yang berharga, meski aku berusaha keras melupakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun