Partai Persatuan Pembangunan (PPP) adalah partai yang berasaskan islam dalam sejarah pembentukannya. PPP dahulunya merupakan kanal politik dari Partai Nahdatul Ulama (NU), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Perti dan Permusi. Penggabungan keempat partai ini ditujukan agar terjadi penyederhanaan sistem kepartaian di indonesia dalam kepemimpinan Seoharto, masa orde baru di indonesia.
Bisa dikatakan PPP merupakan salah satu partai yang memiliki basis masa yang cukup besar. Dalam kategorisasi partai berdasarkan hasil pemilu 2014, PPP merupakan partai kelas menengah, bersama dengan partai islam lain yaitu PKS, PAN, PKB serta partai-partai lain. Sedangkan untuk perolehan kursi di DPRD DKI jakarta, PPP merupakan partai yang memperoleh kursi yang cukup banyak, masuk 5 besar yaitu sebesar 10 kursi. Posisi PPP yang memiliki kursi yang lumayan banyak ini membuat pergerakan politik PPP dalam pilkada DKI 2017 cukup diperhitungkan.
Namun sangat disayangkan, tarik-menarik di internal PPP masih belum seutuhnya selesai. Pasca konflik perebutan ketua umum DPP PPP tahun lalu, jalannya partai yang berlambangkan ka’bah ini belum seutuhnya normal. Walaupun pemerintah telah menetapkan Romahurmuzi sebagai pemenang dan menjadi ketua umum PPP hingga 2019 nanti, namun kubu Dian Faridz belum sepenuhnya menerima hasil ini. Sehingga susahnya PPP untukmove ondalam beberapa momentum politik.
Berbicara tentang PPP di DKI jakarta, menarik untuk melihat akar rumput PPP. Partai ini memiliki basis massa yang sama dengan PKB, yaitu warga NU dan warga islam tradisionalis. Dian faridz yang batal menjadi ketua umum PPP, sebelumnya merupakan ketua umum PWNU DKI jakarta. Hal ini dapat dikatakan bahwa PPP dan NU sangat memiliki hubungan emosional yang sangat kuat di DKI jakarta. Menimbang hal ini, akan sangat baik bila partai berlambang Ka’bah ini mengedepankan kepentingan basisnya yakni bersatu dengan partai PKB yang juga berbasiskan masyarakat NU dan melepas ego-ego konflik internal partai PPP sendiri.
Bergabungnya PPP dan PKB dalam mengusung calon di Pilkada DKI Jakarta adalah sebuah angin segar sendiri. Hal ini juga dikarenakan lebih matang dan mantapnya pilihan koalisi ini dalam mengusung cabug-cawagubnya tanpa disertai dengan kemelut. Terlebih lagi jika ditambah bergabungnya partai lain seperti Demokrat dan PAN. Sosok yang menjadi penentu dalam koalisi ini yakni Saefullah. Saefullah bisa menjadi pengikat dan penyambung antar koalisi partai yang terjadi utamanya PPP dan PKB. Sebagai seorang Sekretaris Daerah DKI, Saefullah juga berada di posisi tinggi dalam ormas NU-nya. Ia merupakan Ketua Pimpinan Wilayah NU DKI Jakarta. Sudah dipastikan posisi Saefullah sangat penting dalam koalisi partai-partai ini. Di samping itu, dengan majunya Saefullah, PPP tidak akan lagi kebingungan terkait mempertahankan suara akar rumputnya yakni warga NU.
Inilah saat yang tepat bagi PPP untuk melabuhkan pilihan dan dukungan pada Saefullah di Pilkada DKI 2017 nanti. Semoga partai-partai lain dapat bergabung dan memperkokoh pilihan PPP yakni Saefullah dalam menuju DKI 1.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H