Mohon tunggu...
Fajri Magnefisia
Fajri Magnefisia Mohon Tunggu... -

Pengamat kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ego SBY dan Perubahan Peta Politik Pilkada DKI 2017

10 September 2016   00:44 Diperbarui: 10 September 2016   01:02 3279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.bipromagazine.com/foto_berita/42SBY1.jpg

Proses pendaftaran calon kepala daerah untuk Pilkada DKI 2017 sudah semakin dekat. Tak terasa kurang dari 2 minggu lagi setiap partai politik yang memiliki perwakilannya di DPRD DKI akan menentukan sikap. Saat ini, pernyataan sikap dan pendeklarasian calon pun sudah berlangsung. Namun penentuannya ada pada saat pendaftaran nanti, karena dalam masa ini pergejolakan politik masih senantiasa berlangsung. Tak ada yang pasti dalam politik, karena jika kita bercermin dalam pilakada DKI 2012 lalu, Jokowi yang seharusnya dipasangkan dengan Dedi Mizwar, berubah seketika menjadi Jokowi-Ahok beberapa jam sebelum pendaftaran ditutup.

Begitupun dalam pilkada 2017 saat ini di mana beberapa partai sudah mendeklarasikan dukungan. Partai Golkar, Nasdem dan Hanura terlah jauh-jauh hari mendeklarasikan dukungan untuk Ahok sebagai calon gubernur dki 2017. Tiga partai ini bersama relawan Ahok telah membentuk tim pemenangan Ahok untuk pilkada DKI 2017. Ahok dipastikan akan maju dalam pilkada 2017 ini, jika salah satu dari 3 partai ini nanti tidak ada yang masuk angin dan mundur.

Lebih diuntungkan lagi, Ahok saat ini tengah digadang-gadang akan didukung oleh PDI-P. Sebuah keuntungan yang cukup besar mengingat jumlah kursi PDI-P di DPRD DKI paling besar di antara partai lain. Selain itu juga PDI-P juga terkenal dengan partai yang memiliki kader loyalis di akar rumput, sehingga dukungan PDI-P bagi ahok merupakan angin segar. Walau kepastiannya tetap ada di tangan Megawati, sang Master, di PDI-P. Megawati berkata dukung, maka dukungan PDI-P pun akan segera berlabuh ke Ahok.

Selanjutnya Partai Gerindra dan PKS telah sama-sama bersepakat untuk berkoalisi dalam pilkada DKI 2017. Koalisi kedua partai ini bukan merupakan yang pertama. Di berbagai pilkada kepada daerah lain, partai gerinda hampir seiya-sekata dengan PKS dalam menentukan kepala daerah yang akan diusung. Sebut saja Pilkada Kota Bandung, Pilkada Kota Depok, Pilkada Sumatera Barat, dan daerah-daerah lain. Dalam Pilkada DKI 2017 ini pun partai Gerindra berkoalisi kembali dengan PKS. Calon yang akan diusung oleh kedua partai ini adalah pasangan Sandiaga Uno dan Mardani Ali Sera. Deklarasi pasangan ini sudah dilaksanakan, walau kembali fiksasi semuanya ada pada saat pendaftaran.

Selanjutnya, menarik jika melihat partai-partai yang belum memberikan dukungan. Sebut saja partai Demokrat, PAN, PPP, dan PKB. Partai Demokrat dan PAN hampir bakal se-iya sekata dalam pilkada di DKI. Dalam pembentukan Fraksi partai di DPRD pun mereka bergabung dengan perolehan 12 kursi. Bisa dikatakan sikap politik dari Demokrat akan sangat mempengaruhi sikap politik partai lain seperti PPP dan PKB.

Sikap Partai Demokrat bisa dikatakan adalah sikap politiknya sang Founder yaitu SBY. Mantan presiden RI dua periode ini masih senantiasa mengambil peran dalam perkembangan dan konstalasi politik di tanah air. Begitu juga dalam pilkada DKI 2017 ini, SBY merupakan penentu kemana arah partai Demokrat akan berlabuh.

Menarik untuk membaca sikap SBY saat ini. Partai demokrat akan senantiasa mustahil untuk berkoalisi dengan partai PDI-P. Hal ini bisa dikatakan karena latar belakang dendam pribadi Megawati kepada SBY pada pemilu 2004 silam. Megawati yang merupakan sosok perempuan tangguh pun sulit untuk menghindari perasaan dendamnya, sehingga koalisi PDI-P dan Partai Demokrat hampir tidak akan terjadi.

Selanjutnya melihat ego SBY dalam berbagai kondisi politikpun sangat menarik. Terlihat Post Power syndrome yang mengakibatkan SBY tidak mau menjadi follower dalam pertarungan politik. Sebut saja Pemilu Presiden 2014 lalu, SBY yang saat itu tidak memiliki calon kuat dan tidak mengajukan calon tidak mau bergabung ke dalam Koalisi Indonesia Hebat ataupun Koalisi Merah Putih. SBY menampakkan egonya untuk tidak mau hanya ikut-ikutan saja tanpa mengajukan calon yang memang atas rekomendasi dirinya. Sehingga bisa dikatakan SBYpun tidak akan mau bergabung dengan koalisi Gerindra-PKS yang sudah mendeklarasikan pasangan Sandiaga Uno dan Mardani sebelumnya.

Partai Demokrat pasti ingin mengajukan calon yang benar-benar bisa dipegang oleh SBY atau calon yang merupakan kader partai Demokrat. Saat ini ada satu calon yang cukup kuat yang sesuai seleranya SBY, yaitu Yusril Ihza mahendra. Yusril digadang-gadang akan didukung oleh demokrat dalam perhelatan 5 tahunan ini. Yusril yang jika didukung Demokrat makan akan senantiasa full di bawah kendali SBY.

Jika SBY ingin mengajukan Yusril maka partai Demokrat harus berkoalisi dengan partai PPP dan PKB. Kedua partai islam yang berbasiskan NU dan islam tradisionalis ini pasti juga memiliki calon dalam pilkada kali ini. Salah satu sosok yang bisa merepresentasikan PPP dan PKB adalah ketua PW NU DKI jakarta, Saefullah. Saefullah bisa menjadi opsi cawagub bagi Yusril yang didukung oleh partai Demokrat. Sehingga lengkap sudah pasangan Yusril dan Saefullah akan maju didukung oleh partai Demokrat, PPP dan PKB.

Akankah ego SBY membuat peta politik dalam pilkada DKI ini akan berubah? Mari kita tunggu tanggal mainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun