Mohon tunggu...
Fajri Gufran Zainal
Fajri Gufran Zainal Mohon Tunggu... -

Putra asli Minang, seorang abdi negara yang nyoba corat-coret sana sini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The Next Mohammad Natsir

11 Maret 2014   20:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Irsyad Syafar bersama PM Palestina, Ismail Haniya, saat menyerahkan bantuan rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina di Gaza

[caption id="" align="aligncenter" width="439" caption="Irsyad Syafar bersama PM Palestina, Ismail Haniya, saat menyerahkan bantuan rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina di Gaza"][/caption] Irsyad Syafar, beliau tak hanya dikenal sebagai seorang da'i tapi juga dikenal sebagai sosok politisi dengan mengamban amanah saat ini sebagai Ketua Kaderisasi DPW Partai Keadilan Sejahtera Provinsi Sumatera Barat. Sosok yang dibesarkan di Nagari Koto Nan 4, Kota Payakumbuh ini, telah banyak mengukir prestasi sejak kecil hingga sampai saat ini. Bersekolah di SD Negeri 1 Koto Nan 4, yang merupakan sekolah teladan di Kota Payakumbuh, beliau selalu menjadi juara kelas dan menyelesaikan sekolahnya sebagai juara umum di sekolah tersebut.Tidak hanya mengukir prestasi pada tingkat sekolah dasar. Ketika melanjutkan sekolahnya ke MTsN Koto Nan 4 beliau kembali mengukir prestasi dengan selalu menjadi juara kelas dan juara umum setiap tahunnya. Prestasi ini dibuktikan dengan masuknya beliau ke Madrasah Aliyah Program Khusus atau MAPK yang hanya ada satu di Sumatera yaitu di Koto Baru, Padang Panjang dan hanya ada lima di Indonesia. MAPK adalah program baru yang dilakukan oleh Menteri Agama pada waktu itu, H. Munawir Sadzali. Sekolah ini dibangun untuk pengkaderan ulama di Indonesia. Tidak hanya itu, sekolah juga bersifat gratis dan setiap siswa diberikan uang saku setiap bulannya. Di sini, Irsyad Syafar kembali mengukir prestasi dengan kembali menjadi juara kelas dan menjadi juara umum di MAN Koto Baru secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan MAPK sejalan dan satu kepala sekolah dengan MAN Koto Baru, Padang Panjang. Irsyad Syafar melanjutkan studi ke MAPK Koto Baru, Padang Panjang bukan tanpa alasan. Hal ini dikarenakan beliau memiliki cita-cita dapat bersekolah di Timur Tengah. Putra dari Bapak H. Syafar Buan, Ibu Hj. Darnis Abdullah ini setelah menyelesaikan studinya di MAPK Koto Baru, Padang Panjang, Irsyad Syafar merantau ke Jakarta untuk mendaftarkan diri masuk ke sekolah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab atau lebih dikenal dengan sebutan LIPIA. Induk dari lembaga ini adalah sebuah Universitas Negeri di Riyadh Saudi Arabia, yang bernama Universitas Islam Al-Imam Muhammad Ibnu Suud. Pada saat yang bersamaan, Irsyad Syafar muda juga mengikuti tes yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammaiyah untuk mendapatkan beasiswa perkuliahan di Universitas Baghdad di Iraq. Walaupun pada akhirnya lulus, tapi Irsyad Syafar batal diberangkatkan karena pada waktu itu terjadi konflik antara Iraq dengan Kuwait. 3 bulan kemudian, beasiswa Irsyad Syafar dari PP Muhammadiyah dipindahkan ke Universitas Damaskus di Suriah dan sebagian biaya keberangkatan diberikan langsung oleh Mohammad Natsir. Persiapan yang telah matang, dengan keberangkatan menaiki pesawat Air Jordan pada tanggal 18 Januari 1991 harus kembali dibatalkan, dikarenakan pecahnya perang teluk. Akhirnya Irsyad Syafar berkuliah di LIPIA Jakarta sampai dengan takmili pada tahun 1993. Takmili adalah salah satu program bagi seorang calon mahasiswa LIPIA yang disyaratkan telah lulus beberapa program sebelumnya, yaitu program persiapan bahasa (i'dad lughawi) dan persiapan Universitas (takmili). Tak menyerah untuk mewujudkan cita-citanya, Irsyad Syafar kembali memperoleh beasiswa di Kuwait dari tahun 1993-1997 dengan jurusan Pendidikan Islam. Prestasi kembali dicatat oleh putra asli Minangkabau ini ketika berkuliah di Kuwait dengan memperoleh predikat kelulusan Summa Cum Laude atau Dengan Kehormatan Tertinggi ketika menyelesaikan studinya di Kuwait. Tidak hanya itu, prestasi itu menjadikan seorang Irsyad Syafar sebagai Mahasiswa Terbaik di Universitas pada tahun 1997. Atas prestasi ini, Kuwait memberikan beliau beasiswa untuk melanjutkan S2 di Cairo University dan beliau kembali mencatat prestasi ketika lulus dengan mendapatkan predikat kelulusan Cum Laude pada tahun 2003. Ditengah prestasi yang beliau ukir, beliau juga disibukkan dengan aktifitas organisasi lainnya. Mulai dari menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Kuwait, Ketua Mahasiswa Melayu selama 2 tahun, Ketua Dewan Ninik Mamak KMM Mesir selama 2 tahun dan mendirikan sebuah bimbingan belajar Syathiby Center di Cairo, Mesir hingga bimbingan belajar ini menjadi bimbingan belajar terpecaya di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir. Sepulang dari Mesir, beliau bersama teman-temannya mendirikan Yayasan Waqaf AR RISALAH yang telah lama dicita-citakan bersama temana-temannya atas keprihatinan kualitas pendidikan yang ada di Sumatera Barat. Dan program pertama dari Yayasan ini adalah mendirikan Perguruan Islam Ar Risalah yang dipimpin langsung oleh Irsyad Syafar. Kini, sekolah yang telah menjadi sekolah terfaforit di Sumatera Barat ini telah banyak menoreh prestasi dibawah kepemimpinan beliau. Dan banyak alumni-alumni sekolah ini yang tidak hanya berkuliah di universitas-universitas ternama di dalam negri tapi juga di luar negri. Walaupun telah menjadi pimpinan perguruan, tak membuat seorang Irsyad Syafar tinggi hati. Kecintaannya pada pendidikan menjadikan dirinya sebagai seorang pengajar di Perguruan Islam yang beliau pimpin. Tidak hanya itu, beliaupun tak sungkan untuk membina beberapa kelompok mentoring yang ada di sekolah itupula. Kepemimpinan beliau yang tegas membuat perguraan yang beliau pimpin bisa seperti saat ini, bahkan anak beliau sendiri tak diluluskan ketika tak lulus mengikuti serangkaian tes untuk dapat bersekolah diperguruan yang beliau pimpin. ORganisasi yang pernah beliau geluti cukup banyak, menjadi pengurus MUI Sumatera Barat dari tahun 2005 hingga dengan sekarang, Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren se-SUmatera Barat, Anggota Majelis Tarjih Muhammadiyah Sumatera Barat. Dan saat ini masih aktif sebagai ketua Komite Nasional Untuk Rakyat Palestina (KNRP) Sumatera Barat dan Komnas Kemanusiaan Dan Demokrasi Mesir (KOMNAS KDM) Sumatera Barat. Kesibukan beliau sebagai seorang da'i dibuktikan dengan agenda-agenda dakwah, baik di dalam maupun di luar negeri. Beliau pernah menjadi utusan KNRP Indonesia untuk mengantarkan bantuan rakyat Indonesia kepada rakyat Palestina. Dan beliau bertemu langsung dengan Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniya. Kemudian beliau juga pernah menjadi tamu undangan satu-satunya dari ASIA pada seminar wakaf internasional atas undangan kementrian wakaf di Kuwait. Beliau juga pernah menjadi pembicara pada konvensi mahasiswa asing alumni Kuwait tahun 2008 atas undangan kementrian wakaf Kuwait dan menjadi dai dibeberapa negara seperti Jepang, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura. Selain itu beliau juga aktif mengisi kajian-kajian keislaman di Televisi, Radio, dan kampus-kampus. Beliau juga dikenal dekat dengan tokoh-tokoh internasional. Seperti Dr. Nadir Nuri yang merupakan Ketua NGO Islam di Kuwait. Kemudian Dr Musthafa Thahan yang merupakan salah seorang pimpinan dakwah dan penulis buku pergerakan dalam berbagai bahasa di Kuwait yang berasal dari Libanon dan dikenal dekat dengan Mantan Perdana Menteri Turki dan Pimpinan Gerakan Islam, Erbakan. Selain itu Irsyad Syafar juga dikenal dekat dengan Dr Sayyid Muhammad Nuh seorang ulama hadist asal mesir yang hidup dan meninggalnya di Kuwait dan telah banyak menulis buku-buku terutama buku-buku pergerakan dan tarbiyah. Dan beliau juga dikenal dekat dengan Dr Thariq suwaidan, seorang da'i dan ulama di KUwait dan merupakan Direktur Utama channel televisi Ar Risalah yang mengudara di Kuwait dan Saudi. Irsyad Syafar juga menguasai beberapa bahasa asing, diantaranya bahasa Inggris dan bahasa arab dengan beberapa lahjah (dialek) yaitu Kuwait,Arab Saudi, Mesir, Yordan, Libanon dan Suriah. Hal ini membuat beliau cukup dikenal oleh banyak tokoh di Timur Tengah sana. Kedekatan beliau dengan tokoh-tokoh islam yang ada di Indonesia juga cukup banyak,  Buya Masoed Abidin (ulama Sumatera Barat), Ketua MUI Prof Dr Syamsul Bahri, ketua MUI padang Prof Dr Duski Samad, ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah Prof Dr Edi Syafri, Buya Bagindo (ulama Sumatera Barat), Prof Dr Amir Syarifuddin pengurus MUI pusat, mantan ketua MUI Sumatera Barat dan mantan Rektor IAIN Imam Bonjol Padang dan rektor IAIN Imam Bonjol Padang yang sekarang Prof Dr Makmur Syarif. Sekarang, beliau diamanahkan untuk menjadi calon anggota legislatif DPRD Provinsi SUmatera Barat dari Partai Keadilan Sejahtera untuk daerah pemilihan Kota Payakumbuh dan 50 Kota. Aktivitas politik beliau di PKS telah berlangsung cukup lama, karena beliau telah bergabung sejak PKS masih bernama Partai Keadilan. Pernah menjabat sebagai Ketua Kaderisasi Partai Keadilan di Mesir, dan dilanjutkan dengan menjadi Dewan Syariah Wilayah PKS SUmatera Barat pada tahun 2006-2013, dan kini beliau diamanahi sebagai Ketua Kaderisasi DPW PKS SUmatera Barat. Jika beliau dibandingkan dengan seorang Mohammad Natsir, tentu masih jauh. Tapi usia beliau yang masih cukup muda 43 tahun, dan melihat prestasi beliau saat ini tidak salah jika kemudian beliau menjadi the next Mohammad Natsir yang juga merupakan putra asli Minang Kabau. Faguza Abdullah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun