Mohon tunggu...
Fajriana Faila Sufa
Fajriana Faila Sufa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Hidup itu simple☺️ Apabila sesuatu yang kau inginkan tidak terjadi, maka sayangilah apa yang terjadi🥀

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Matematika dalam Malam Lailatul Qadar

1 Mei 2022   15:02 Diperbarui: 1 Mei 2022   15:07 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Secara bahasa (etimologi), matematika berasal dari bahasa Yunani “mathema” atau dari kata “mathematikos” yang artinya hal-hal yang dipelajari. Matematika juga berasal dari kata “mathein” atau “manthein” yang artinya mempelajari. Kedua kata tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan kata “medha” atau “widya” yang berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya “kepandaian”, “ketahuan”, atau juga “intelegensia” (Nasution, 1978).

Secara istilah (terminologi), matematika adalah disiplin ilmu yang berdiri sendiri dalam mempelajari semua hal yang berkaitan dengan penalaran. Matematika merupakan salah satu pengetahuan tertua yang dianggap sebagai induk atau alat dan juga bahasa dasar banyak ilmu sehingga matematika dijuluki sebagai ratu ilmu pengetahuan atau the queen of science. Matematika merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang ilmu pengetahuan alam (sains).

Matematika merupakan ilmu pasti atau mutlak dimana dalam matematika terdapat aturan yang jelas, baik hukum, ketetapan, dan rumusnya. Hal ini sejalan dengan kehidupan manusia, baik dilihat dari aktivitas fisik maupun aktivitas keagamaannya. Dengan kepastian dan kemutlakan ilmu matematika, dapat dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Pada artikel ini, akan dibahas mengenai malam Lailatul Qadar. Sebelum membahas malam Lailatul Qadar, alangkah lebih baiknya mengetahui terlebih dahulu pada bulan apa Lailatul Qadar itu muncul? Okey, jadi malam Lailatul Qadar muncul ketika bulan Ramadan. Bulan Ramadan merupakan bulan yang dinanti-nanti umat Nabi Muhammad saw. Pada bulan ini ada banyak sekali keberkahan, peristiwa-peristiwa luar biasa yang tidak bisa dinalar oleh akal pikiran, bulan yang penuh dengan ampunan. Bukti mulianya bulan Ramadan yaitu Al-Qur’an, karena pada bulan ini Al-Qur’an diturunkan yaitu pada tanggal 17 Ramadan yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah: 185 yang berbunyi:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa diantara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah swt menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah swt atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."(QS. Al-Baqarah: 185)

Kemuliaan di bulan Ramadan lainnya ditandai dengan malam Lailatul Qadar, yaitu malam penuh kemuliaan dan keberkahan atau salah satu malam pada malam-malam terakhir dan ganjil di bulan Ramadan. Malam Lailatul Qadar ini adalah suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yang dalam matematika perbandingannya yaitu 1:1000 dimana 1 disini yaitu malam Lailatul Qadar dan 1000 merupakan malam-malam biasa. Malam Lailatul Qadar ini dijelaskan pada QS. Al-Qadr: 1-3 yang berbunyi:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
Artinya:
(1)Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
(2)Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
(3)Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.

Allah swt telah memberikan hadiah kepada hamba-Nya berupa malam kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan (malam Lailatul Qadar) jika seseorang beribadah di malam itu jika dihitung dengan matematika setara dengan beribadah selama 83 tahun lebih. Pendapat lain mengatakan bahwa menjalankan shalat tasbih pada malam nishfu sya’ban merupakan malam kemuliaan yang diberikan oleh Allah swt kepada hamba-Nya. Menurut Imam Syafi’I dan Jumhur Ulama berpendapat bahwa malam kemuliaan jatuh pada malam likuran (ganjil) Ramadan. Sedangkan menurut Imam Ghazali malam kemuliaan jatuh pada kapan awal Ramadan dimulai. Rasulullah saw pernah mengisyaratkan mengenai malam kemuliaan jatuh pada malam 27, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abdullah bin Umar yang artinya “Barangsiapa yang mengharap lailatul qadar, maka hendaknya ia mencarinya di malam dua puluh tujuh.” (HR. Imam Ahmad).

Malam-malam ganjil di bulan Ramadan yaitu tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29. Jika dikaitkan dengan matematika bilangan tersebut merupakan bilangan ganjil dan bilangan prima (kecuali bilangan 25). Bilangan prima yaitu bilangan bulat lebih besar dari 1 dan hanya habis dibagi 1 dan bilangan itu sendiri. Berbagai cara dilakukan untuk mencari bilangan prima salah satunya dengan menggunakan saringan Erastothenes. Contohnya yaitu mencari bilangan prima yang lebih kecil dari 50. Langkah-langkah untuk mencari bilangan prima 1≤x<50 yaitu:
1)Menentukan bilangan-bilangan prima yang lebih kecil diantaranya 2,3,5,7.
2)Mendaftar semua bilangan-bilangan bulat 1≤x<50.
3)Memberi tanda-tanda yang berbeda pada bilangan bulat yang sudah didaftar yang merupakan kelipatan bilangan prima yang sudah ditentukan, usahakan gunakan tanda yang berbeda untuk setiap bilangan berbeda untuk setiap bilangan berbeda, berikan juga pada 1.
4)Mendaftar bilangan-bilangan yang belum diberi tanda, bilangan inilah yang merupakan bilangan prima.

Adapun keistimewaan dari bilangan prima, ketika membahas bilangan prima maka konteks yang akan dibicarakan dibatasi dengan himpunan bilangan asli dan di dalam himpunan bilangan asli terdapat bilangan ganjil dan bilangan genap. Bilangan prima yang genap hanyalah 2, sehingga bilangan prima selain 2 adalah bilangan ganjil. Jika suatu bilangan memiliki pembagi selain 1 dan bilangan itu sendiri maka bilangan tersebut disebut dengan bilangan komposit. Bilangan komposit sendiri terdiri dari bilangan ganjil dan bilangan genap. Bilangan 1 itu bukan bilangan prima maupun komposit karena 1 hanya memiliki satu pembagi, yaitu dibagi dengan dirinya sendiri.

Dapat diasumsikan bahwa bilangan 1 disini adalah Allah swt, bilangan prima adalah hari ganjil 10 malam terakhir bulan Ramadan dan bilangan komposit adalah bilangan genap 10 malam terakhir bulan Ramadan. Agar kita lebih dekat dengan Allah swt, apakah kita harus memilih hari ganjil atau hari genap? Untuk lebih dekat pada Allah swt kita harus memilih keduanya (hari ganjil dan hari genap).

Pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan yang bertepatan dengan turunnya Al-Qur’an dengan izin Allah swt melalui perantara malaikat Jibril yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw di gua Hira’. Allah berfirman dalam QS. Al-Qadr: 1-3 yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” Allah swt menyediakan Ramadan sebagai fasilitas penghapus dosa selama kita menjauhi dosa besar (larangan-Nya). Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw yang artinya: “Shalat lima waktu, jum’at ke jum’at (shalat jum’at), dan Ramadhan ke Ramadhan menghapuskan dosa-dosa diantara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim).

Nabi saw bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah swt, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits tersebut menerangkan bahwa melalui aktivitas ibadah di bulan Ramadan Allah swt menghapuskan dosa-dosa dan begitu juga melaksanakan shalat malam (tarawih, witir dan tahajjud) di bulan Ramadan dapat menghapus dosa yang telah lalu. Keistimewaan bulan Ramadan tidak hanya itu saja, ada banyak lagi salah satunya yaitu dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu-pintu neraka dan syaitan-syaitan diikat agar tidak mengganggu makhluk Allah swt (manusia). Dengan kesempatan yang Allah swt berikan, umat Muslim berbondog-bondong beribadah dan beramal shalih di bulan Ramadan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun