Mohon tunggu...
fajriana sakia f
fajriana sakia f Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

on proses penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maha Esa Allah, Tidak Beranak Tidak Pula di Peranakkan Tafsir Q.S Al-Ikhlas Ayat 3

30 Maret 2024   12:51 Diperbarui: 30 Maret 2024   13:08 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Surah Al-Ikhlas, disebut juga sebagai Surah at-Tauhid 'Keesaan'. Al-Ikhlas adalah salah satu surah di dalam al-Qur'an yang isi ayatnya membahas mengenai konsep ketuhanan dan keesaan Allah. Di dalam Al-Qur'an, Surah Al-Ikhlas berada pada urutan ke-112. Surah ini menetapkan ajaran bertauhid kepada Allah SWT yang memiliki sifat sempurna, yang tunggal, Dia tidak dilahirkan dan melahirkan, dan yang tidak mempunyai tandingan. Sebab turunnya surat ini adalah, suatu ketika orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah saw. Mereka meminta kepada Nabi untuk menunjukkan sifat-sifat Allah. Untuk menjawab permintaan orang-orang Yahudi itu, turunlah surat Al-Ikhlas.

 Lebih lanjut, dijelaskan dalam sebuah hadits tentang sebab turunnya surah ini : Dari Ubai bin Ka'ab, bahwa orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah saw.: "Ceritakan mengenai Tuhanmu kepada kami!" Lantas Allah swt. menurunkan: "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu." (QS. Al-Ikhlas: 1-2). "Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan." (QS. Al-Ikhlas: 3). Karena sesuatu yang dilahirkan pastilah akan mati. Dan yang mati akan mewariskan. Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak akan mati dan mewariskan. "dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas: 4) Tidak ada yang menyerupai-Nya, dan tidak serupa dengan apapun.

 Dalam lafat { } dijelaskan bahwa Allah sama sekali tidak memiliki anak, karena sesungguhnya Dia tidak butuh dengan seorang anak. Allah membantah perkataan orang-orang Yahudi yang menyatakan bahwasanya Allah memiliki anak, karena Allah tidak butuh dengan anak, dan sesungguhnya seorang anak adalah bagian dari seorang ayah, dan orang-orang Yahudi menjadikan dari hamba Allah seorang anak untuk-Nya, akan tetapi sesungguhnya Allah tidak menyimpan bagian apapun dari diri-Nya pada makhluk-Nya. Dan anak juga merupakan bentuk serupa dari sang ayah walaupun itu tidak begitu sempurna, maka jika Allah memiliki anak, itu berarti menjadikan selain Allah makhluk yang serupa dengan -Nya, sedangkan Allah tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya, oleh karena itu surah ini sebagai batahan untuk pernyataan orang-orang nashrani dan Yahudi yang terlaknat, mereka mengatakan : "Sesungguhnya Isa Al-masih adalah anak Allah", sedangkan orang-orang musyrik Arab mengatakan :" Sesungguhnya para Malaikat adalah anak-anak Allah."

 Allah tidak melahirkan anak dan tidak pula Dia dilahirkan oleh siapapun, Allah suci dan terbebas dari prasangka kaum musyrikin yang mengatakan bahwasanya Allah memiliki anak, karena Dialah "Al-Awwal" yang berarti tidak didahului oleh apapun, dan Dia juga "Al-Akhir" berarti yang terakhir, yang tidak ada sesuatu pun setelahnya, seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Hadid : 4 "Dialah al-Awwal (Yang Pertama), al-Akhir (Yang Terakhir), azh-Zhahir (Yang paling Tampak), al-Bathin (Yang paling Tersembunyi) dan Dia Mahatahu atas segala sesuatu." 

 Berikut beberapa surah dalam Al-Qur'an yang menjelaskan hal yang sama bahwa Allah tidak beranak maupun diperanakkan, yaitu: Dalam surat an-Nisa: [7]

"Sesungguhnya Allah hanyalah Tuhan yang Esa. Maha Suci Dia melebihi mempunyai seorang putra." Dan dalam surat al-Isra: [8]

Katakanlah: "Segala puji bagi Allah yang tidak melahirkan anak laki-laki dan tidak ada sekutu dalam kekuasaan (Nya)."

Atas segala tuduhan dan sangkaan buruk pada Allah, Allah senantiasa memberi kasih sayang pada setiap umatnya. Hingga Nabi bersabda "Tidak ada seorang pun yang lebih sabar daripada Allah terhadap perkataan-perkataan yang merugikan dan menjengkelkan yang Dia dengar (dari manusia): Mereka menganggap anak-anak kepada-Nya, padahal Dia melimpahkan kesehatan dan rezeki kepada mereka." 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun