Mohon tunggu...
Arief Rachman Hakim
Arief Rachman Hakim Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sedang menempuh studi ilmu hukum di salah satu PTN di Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Profesor+Ustadz Kesal

1 Juli 2013   17:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:09 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13726727951683481862

Well, welcome back to kompasiana :) lama tak menulis (karena satu dan lain hal) selama lebih kurang 5 bulanan ini sedikit banyak yaaah mengaburkan apa yang sudah masuk ke otak, baik yang bisa di buat pelajaran untuk diri sendiri maupun bisa menginspirasi orang lain. Saya lagi-lagi ingat sebuah yaaah katakanlah takdir dan sunnatullah bahwa manusia itu dasarnya pelupa atau paling tidak katakanlah bakalan lupa atau suatu hari bakal lupa, maka ada ungkapan "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya" itu bisa jadi solusi atau yaah sekedar pengingat ulang bagi otak manusia yang someday bakal kelalen (bhs jawa, bahasa indonesia : kelupaan). Oke, satu inspirasi datang pada saya pada pagi hari ini. Salahsatu kebiasaan di keluarga saya, insyaallah bisa istiqamah yaitu sepulang shalat shubuh berjama'ah di masjid adalah menonton siraman rohani di televisi. Yah, sejak dulu Alhamdulillah saya besar di keluarga yang ketat dalam urusan agama, pressing terus dan alhamdulillah sudah seumur gini sudah punya kesadaran pribadi pentingnya beribadah sama Allah, dan nonton pengajian inilah salahsatu cara di keluarga saya untuk lebih dalam atau lebih jauh lagi ngerti soal ilmu agama, whatever ilmunya, mau fiqih, hadist, akhlaq dst. ini semata-mata mungkin dilakukan oleh keluarga saya sejak jaman kakek saya hingga turun nih ke saya yang notabene masih 19 tahun kesukaan untuk nonton atau ngedatengin pengajian dikarenakan ngga ada satupun anggota keluarga saya (ayah, ibu, kakak dan saya, terus paman pokok keluarga dekat lah) yang ngenyam pendidikan di pondok. -_- [caption id="attachment_252330" align="aligncenter" width="300" caption="Prof. Dr. Ahmad Zahro, MA - Sumber: prasetya.ub.ac.id"][/caption] Dan tadi pagi saya udah bakalan kerasa kalau salah satu acara dan ustadz favorit saya ditelevisi ngga bakalan tayang, yah, Wisata Hati bersama Yusuf Mansur kagak tayang karena kegusuuuur ama namanya Final Piala Konfederasi, Brazil vs Spanyol yang dimenangkan Brazil (Yess, spanyol kalah. hahaa :D ). Bergeraklah jari diatas remote dari satu stasiun tivi ke yang lain, dalam hitungan kurang dari 2 menit nyampe dah puteran tangan ke salah satu tivi lokal surabaya, TV9, dan alhamdulillahnya dapat pengganti setara dan sip juga, acara Kiswah Prof. Dr. Ahmad Zahro MA, yang khusus membahas fiqh kontemporer. saya juga lumayan lama kagak ngikutin, abisnyaaa biasanya hari senin jam 7 malem, eeeh tiap ane mantengin tv9 jam segitu ternyata acaranya laen -_- ternyata pindah jam tayang. Kembali ke judul tulisan, yah, pagi ini di awal acara kiswah terdapat yaaah mungkin saya terjemahkan sedikit kekesalan dari Prof. Zahro soal kelakuan tidak sopan beberapa jamaah yang mungkin curhat atau tanya soal fiqih lewat sms, tapi cara dan attitudenya salah, bahkan saya pribadi juga sedikit kesal juga kok masih ada orang bertingkah seperti itu. Yah, salahsatu kekaguman saya terhadap Prof. Zahro muncul dulu ketika saya ingat dia berkhutbah jum'at di Masjid Agung Sidoarjo saat saya masih sekolah dulu, gayanya tegas, lugas, to the point, dan yang paling saya kagumi adalah open minded nya dia terhadap semua kritikan atau saran dan gaya penyampaiannya yang saya kira sangat santun lah walaupun tidak lupa meninggalkan kesan tegas dan lugas, dan one point lagi, sekalipun dia katakanlah Professor, Rektor di salahsatu universitas, yang mungkin dikatakan banyak orang yaaah orang kelas atas dalam pemikiran dan banyak hal, plus dia Imam Besar Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, dia masih suka dan wajib menjawab segala pertanyaan soal Fiqh yang dia terima melalui SMS!!! Jarang lah menurut saya ustadz, guru, apalagi sekaliber Profesor mau sebar-tebar nomer hape dia dan menjawabnya (sekalipun jawabnya agak lamaan, maklum lah bisa dibayangkan berapa ratus sms yang masuk). Cuma yang agak saya dan apalagi mungkin dia sesalkan adalah kelakuan jama'ah yang mungkin maksudnya baik, ttanya soal Fiqih, hukum islam, yang menyangkut yaah banyak hal mulai ibadah, muamalah, dsb tapi dengan cara cara tidak santun. Inipun sudah mungkin kesekian kalinya dalam acara itu Prof Zahro mengingatkan soal cara dan etika. Dan sayapun berharap ini yang terakhir dia mengingatkan soal itu, agar durasi acaranya lebih ke inti daripada harus ngurusin kelakuan orang-orang ga beretika seperti itu. Sayapun dari awal juga sadar hal itu sebagai jama'ahnya jauh sebelum ada warning seperti itu. Sekalipun saya cuma jamaah lewat tv, ngga bisa hadir langsung di Masjid Agung Surabaya, tapi ini soal etika. Dan Prof Zahro mengingatkan bukan ingin dihormati atau gila hormat seperti kata beliau pagi tadi yang saya tangkap. ini soal etika! Sayapun mendukung beliau untuk urusan itu, sekarang coba pikir lah kompasianer yang membaca tulisan ini, etiskah anda sebagai katakanlah murid, bertanya pada guru tanpa minimal nyapa atau salam lah, apalagi ini yang lewat sms ? Orang seperti apa sih yang sms keliwat to the point seperti mendikte pertanyaan 1, blablablablabla, 2 blablablablabla. dst tanpa menuliskan salam, atau menuliskan nama seperti anjuran beliau ? ada lagi cerita sang professor tadi pagi soal jamaah yang telpon hingga 8 kaliberturut-turut. Mbokya ngaca toh orang yang seperti itu. Orang yang anda telpon bukan anak anda yang komunikasinya direct mum and son, or father to son yang bisa right that time answer your call, apalagi harusnya anda paham siapa dia, dan kesibukan dia. unggah-ungguh nya mana ? sekalipun anda mungkin tak berpendidikan tinggi seperti beliau, minimal berkaca lah, ngaca kalau anda-anda itu sebagai murid, yang ingin ilmu, ya jaga attitude. Toh sebuah ungkapan dari guru matematika saya dulu, "orang pintar tanpa budi pekerti ngga ada artinya, sebaliknya orang yang katakanlah ilmunya biasa-biasa saja, tapi budi pekertinya tinggi akan lebih dihargai". Nah mungkin saya sedikit ya me-replay himbauan dari Prof Zahro, barangkali salahsatu kompasianer juga jama'ah beliau dan mungkin juga jama'ah ustadz-ustadz lain yang juga berdakwah 'sebar nomer hape' seperti layaknya beliau, ini bukan soal sang guru ingin dihormati, tapi soal anda yang punya sopan santun kagak. Tolong lah, mumpung sudah ada katakanlah salahsatu best fiqh teacher yang mau meluangkan waktu buat jalur khusus jamaah buat tanya soal fiqh, masa sih kita ngga mau berkorban sedikit karakter dalam sms untuk nulis nama dan salam, apalagi anda orang islam. Orang dihormati karena sopan santun, dan orang juga bisa ditendang karena ngga punya sopan santun. - banyak bicara banyak salah, kalau ada salah kata mohon dimaafkan :) salam

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun