Orang bilang, tahun 2020 hanya terdiri dari 3 bulan. Januari, Februari, dan Pandemi. Ini hanya lelucon belaka yang banyak di iyakan sebagian besar masyarakat.
Bagaimana tidak, kita hanya melakukan aktifitas antara bulan Januari sampai Februari setelahnya hampir semua aktifitas beralih di rumah. Itu berarti kita memperoleh begitu banyak waktu luang. Dari semula perlu waktu untuk bersiap-siap bekerja, kuliah, sekolah atau lainnya, sekarang tidak. bahkan mandipun tidak, hanya perlu rapih saja kemudian menampilkan wajah dihadapan laptop atau handphone. Atau semula kita perlu waktu untuk perjalanan, menunggu angkot, menunggu OJOL, KRL, bahkan mengalami kemacetan dijalan, sekarang tidak.
Hal itulah yang menyebabkan kita lebih memiliki banyak waktu luang dan sering menemui postingan status kebanyakan di setiap platform media sosial adalah tentang kebosanan, jenuh, atau bahasa yang digunakan milenial adalah “gabut”. Tanpa terasa hal itu kita alami sampai bertemu dengan akhir tahun ini
Kebosanan di masa pandemi membuat setiap orang mencari cara bagaimana mengatasinya. Sebagian tidak menemukan, akhirnya mengeluh. Sebagian lain memulai hobi baru. ada yang memasak, menggambar, memelihara ikan, atau yang banyak dilakukan adalah membuat konten video menyenangkan di salah satu platform video musik yang cukup terkenal.
Namun, baru baru ini ada hobi yang dilakukan para milenial. Hobi tersebut tidak lain tidak bukan adalah bercocok tanam atau berkebun. Dilansir dari psychology today, bahwa kegiatan sederhana ini sangat baik bagi kesehatan mental.
Maka tidak aneh jika kegiatan bercocok tanam banyak digemari ditengah pandemi seperti ini, sebagai sarana refreshing. Dr. Joshua Klapow Ph.D. menyebutkan, bahwa “mampu melarikan diri dengan berkebun dapat memberikan istirahat stres yang sangat dibutuhkan, dan kesempatan bagi bagian otak kita yang lebih kreatif untuk lebih bermain”.
Hobi baru ini kian menjadi demam. Hal ini terbukti dengan banyaknya postingan status yang memperlihatkan tanaman baru yang cantik milik mereka. Seperti tanaman Mostera dan Keladi yang saat ini tengah viral. Bahkan tidak sedikit pula yang menjadikannya peluang bisnis yang menguntungkan. sebab permintaanya yang banyak menjadikan tanaman ini bernilai cukup tinggi.
Tren memelihara tanaman inilah merambah menjadi hobi bukan hanya pada mostera dan keladi tapi juga tanaman lain. seperti kaktus, skulen sampai tanaman yang bisa dimakan seperti cabai, tomat, kangkung, bayam, dan masih banyak lagi. tren ini patut diacungi jempol karna merupakan bagian dari pelestarian alam.
Namun, perlu kita ketahui bahwa saat ini kita memasuki akhir tahun dimana berarti pula kita memasuki musim hujan. Hujan memang menguntungkan bagi tanaman, karana tanaman bisa menyerap air dari tanah, sehingga tidak kering dan tumbuh sumbur. Namun musim hujan adalah musim dimana curah hujan meningkat dibanding rata-rata secara terus menerus. Hal ini beresiko buruk bagi tanaman apabila kita tidak mempersiapkannya dengan baik.
Oleh karenanya sangat perlu bagi kita para pemula hobi tanaman atau bahkan pemula bisnis tanaman untuk mengetahui resiko apa yang akan dialami saat musim hujan, guna memahami persiapan apa yang perlu dilakukan.
Sebelumnya, mari kita memahami sedikit tentang apa itu resiko. Resiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu tindakan. Sedangkan menurut disiplin ilmu Manajemen Resiko, resiko memiliki arti kesempatan (opportunity), mengandung ketidakpastian (uncertainty), serta kombinasi probabilitas kejadian (likelihood) dan dampaknya (impact).