Mohon tunggu...
Fajar Setyatama
Fajar Setyatama Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Jadikan pengalaman apapun menjadi peajaran, Ambil hikmah. "Setiap Ada Waktu Gunakan Dengan Bijak Agar Tidak Menjadi Penyesalan Dikemudian Hari"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Keanehan Sekolah

9 September 2016   20:23 Diperbarui: 9 September 2016   20:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertama, sekolah itu adalah suatu hal yang penting untuk mendapat ilmu. Ilmu ini nantinya akan digunakan untuk membantu menjalani kehidupan di masa ketika memasuki dunia dewasa. Ilmu ini juga akan dapat digunakan ketika terjun ke masyarakat dan dengan ilmu juga kita bisa berbagi. Nah, hal yang dibahas kali ini adalah hal yang sederhana tetapi menimbulkan keanehan nyata.

Kenapa disebut keanehan? Begini, menurut anda ketika sekolah, anak yang rajin dan pandai dengan anak yang cenderung bandel, sukses yang mana? Kalau dilihat dari teori, mungkin kita bisa menjawab sukses anak yang rajin dan pandai, karena anak yang rajin dan pandai biasanya hidupnya sudah tertata, memiliki mimpi yang akan dicapai. Ketika tamat SD, akan masuk SMP kemudian SMA. Setelah tamat SMA, akan memilih jurusan keguruan, yang akhirnya anak tersebut menjadi seorang Guru. Dilihat dari dari pekerjaan sebagai Guru adalah pahlawan yang mencerdaskan bangsa, jadi kita bisa beranggapan sukses. Terus, bagaimana nasib anak yang bandel?

Inilah yang jadi pertanyaan saya, kenapa anak yang cenderung bandel di sekolah malah menjadi seseorang yang lebih sukses? Menurut pengalaman saya ketika di sekolah pada waktu SD, saya memiliki teman-teman yang bandel. Pada saat tamat SD kita semua berpencar meraih mimpi masing-masing. Ketika bertemu lagi 7 tahun kemudian, anak-anak yang saya agap bendel tadi ternyata sudah memiliki pekerjaan, yah walaupun pekerjaan mereka juga berbagai macam, seperti menjadi tentara, polisi, bahkan ada yang membuka usaha sendiri. Sedangkan saya, masih mengenyam pendidikan kuliah demi menjadi seorang guru. Saya sendiri di sini tidak bermaksud untuk iri atau apapun itu, bahkan saya merasa senang atas apa yang mereka capai. Saya sendiri juga menikmati belajar di kampus.

Kemudian, Kenapa setiap anak yang pandai dan rajin menjadi seseorang yang bekerja sebagai Guru, Dosen, Karyawan, dan pekerjaan yang bersifat pengabdian sedangkan anak-anak yang bandel menjadi polisi, tentara, bahkan ada yang membuka usaha sendiri dengan kreatifitas mereka? Dari sisi, Saya jadi bertanya-tanya, apakah ada yang salah dengan kita ketika kita belajar disekolah? Apakah sekolah sebenarnya membatasi kreatifitas kita? Atau apakah orang tua sendiri yang menjadikan kita menjadi seorang Guru, Dosen, Karyawan, dan pekerjaan yang bersifat pengabdian? (karena kebanyakan orang tua pasti malu ketika anaknya mendapat nilai jelek pada mata pelajaran tertentu)

Oleh karena itu, saya bukan bermaksut pandai (minteri), menurut pendapat saya mata pelajaran yang ditempuh oleh siswa terlalu banyak dan membatasi kreatifitas siswa. Seharusnya siswa mendapat mata pelajaran yang bersifat umum saja meliputi matematika, bahasa, budi pekerti dan agama, selebihnya pelajaran itu dituju pada bakat siswa masing-masing. Sehingga para siswa dapat mengembangkan bakat mereka. Sehubungan dengan hal tersebut nantinya mereka akan bekerja sesuai hobi mereka. Mungkin ini bisa sedikit mengatasi jumlah pengangguran yang akan berlipat-lipat pada tahun-tahun mendatang. Sehingga semua orang tidak semata-mata mengharapkan menjadi PNS seperti diera sekarang ini. Sekian dan terima kasih.

https://web.facebook.com/fajarr.setyatama
https://twitter.com/Fajjaraa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun