Mohon tunggu...
Fajar Setyatama
Fajar Setyatama Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Jadikan pengalaman apapun menjadi peajaran, Ambil hikmah. "Setiap Ada Waktu Gunakan Dengan Bijak Agar Tidak Menjadi Penyesalan Dikemudian Hari"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komunikasi "Sosial Media" dalam Beragama

7 September 2016   01:32 Diperbarui: 7 September 2016   01:57 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gadged atau bisa disebut juga smartphone sudah menjadi seperti kehidupan kedua bagi kalangan remaja masa kini. Para remaja cenderung masuk kedalam dunia mereka sendiri ketika sudah mengunakannya. Sebagian besar waktu dihabiskan untuk menghadap smartphone. Lantas apa sebenarnya yang para remaja lakukan dengan smartphone tersebut? Apakah hal positif atau negatif?

Dilihat dari segi manapun, ini merupakan hal yang positif. Alasannya adalah dengan perkembangan teknologi, terutama smartphone, memiliki banyak beragam aplikasi yang dapat digunakan untuk menunjang kehidupan. Salah satunya sebagai sarana berkomunikasi untuk remaja maupun orang tua.

Komunikasi menggunakan smartphone juga beragam. SMS adalah salah satunya yang tetap setia digunakan dari dulu sampai sekarang dengan penggunaan pulsa. Selanjutnya juga banyak tersedianya layanan-layanan sosial media untuk berkomunikasi yang digunakan dengan jaringan internet. Sekarang, layanan sosial media ini berperan paling penting dikalangan remaja sampai usia dewasa.

Sehubungan dengan pentingnya sosial media tersebut, masih sedikit batasan atau peraturan dalam pengunaan sosial media. Hal ini yang menjadikan banyak penyalagunaan sosial media untuk kegiatan tidak baik. Menjadikan sisi negatif dalam pengunaan smartphone, salah satunya adalah dalam hal toleransi dalam beragama dalam sosial media.

Toleransi dalam beragama sangat sulit dikendalikan. Apalagi dalam penggunaan sosial media. Misalkan kalau para pengguna sosial media memiliki keyakinan yang berbeda, dalam artian agama yang berbeda bisa saja terjadi konflik. Dalam sorotan masyarakat mungkin tidak tampak, tetapi ketika sudah dalam dunia maya akan menjadi sorotan publik bagi pengguna internet. Dengan demikian akan banyak pendapat-pendapat yang bermunculan “sebagai contoh saling mencela kenyakinan” tanpa ada batasan yang berarti sehingga mereka bisa saling menyinggung sesama pengguna sosial media yang berbeda keyakinan. Jika kejadian tersebut terus terjadi, mungkin bisa berakibat buruk tidak hanya di dunia maya. Bisa jadi nantinya di dunia nyata ikut terpengaruh.

Oleh sebab itu, toleransi dalam beragama sangatlah penting di dunia nyata maupun di dunia maya. Beberapa yang bisa dilakukan adalah tidak menulis kata-kata yang menyinggung sesama penganut agama maupun berbeda agama, saling menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing sesama penguna sosial media, walaupun tidak ada peraturan tertulis sebaiknya dahulukan saling tenggang rasa agar dapat dengan nyaman bersosial media tanpa menyinggung pihak manapun.

Oh iya, jangan lupa tetap menikmati pengunaan sosial media dengan cara yang bijak. Tambahan, semoga dapat saling melengkapi dalam hal perbedaan dan tidak saling menjatuhkan pendapat serta pandai-pandailah menggunakan Sosial Media. Sekian.

Facebook | Twitter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun