Minggu minggu ini Indonesia kembali dilanda euforia, demam sepakbola ketika melihat perjuangan tanpa menyerah tak kenal lelah yang ditunjukkan anak-anak muda kita di gelaran AFF Cup U-19 yang berlangsung di Gresik dan Sidoarjo. Saya sendiri sudah sedikit agak malas untuk menonton pertandingan Tim Nasional yang selalu hasilnya mudah ditebak bukan hasil skornya atau kalah menangnya tapi mudah ditebak kalau para pemain kita cuma sanggup main bagus sampai menit ke - 60 selebihnya sudah kita sama-sama ketahui para pemain mulai menunjukkan indikasi kepayahan mulai dari memegang perut, lidah menjulur sampai membungkuk sambil memegang kedua lutut.
Seperti biasa pada awal-awal turnamen sikap pesimis selalu ada dalam pikiran saya ketika Tim Nasional bertanding di semua level usia dari Junior sampai Senior tapi seperti kebanyakan orang Indonesia dalam hati kecil saya pun berharap anak-anak muda ini dapat memberikan apa yang tidak bisa diberikan senior-seniornya. Meskipun kabarnya mereka baru saja mempertahankan gelar juara di sebuah turnamen di Hongkong sikap pesimis dalam diri saya tidak serta merta hilang.
Mulailah pertandingan pertama melawan Brunei, seperti diprediksikan sebelumnya Indonesia akan menang mudah dan itu memang terjadi evan dimas dkk menghajar brunei 5 gol tanpa balas, menurut saya permainan anak-anak muda masih biasa saja mungkin karena kelas brunei memang jauh di bawah kita mereka bisa memainkan bola dengan nyaman bahkan kalau boleh jujur mereka bisa saja membuat 10 gol ke gawang Brunei.
Setelah Brunei, Myanmar pun sudah menunggu di pertandingan inilah sesungguhnya level permainan kita diuji, walaupun Indonesia bisa menang tapi kita dibuat ketar-ketir oleh semangat juang anak-anak muda myanmar jujur kita sedikit beruntung pada laga ini. Lalu Vietnam lawan terberat di grup ini, sempat unggul 1-0 melalui gol cepat sang kapten Evan Dimas, Indonesia harus takluk 2-1 kepercayaan diri atau over confident yang terlalu tinggi membuat evan dimas dkk sedikit lengah . Patut kita apresiasi apa yang dikatakan coach Indra Safri Kekalahan ini membuat para pemain kita kembali menginjak bumi, ya mereka tidak perlu dipersalahkan yang jadi PR sebenarnya bagaimana membangkitkan motivasi mereka lagi setelah kekalahan tersebut dan hasilnya ketika melawan Thailand di partai ke-3 mereka bermain spartan membantai Thailand 3-1. Partai terakhir adalah partai hidup mati dengan rival luar dalam Malaysia, Babak pertama TimNas tertinggal terlebih dahulu dan tidak bermain seperti biasanya ini mungkin disebabkan adanya beberapa pilar yang cedera, Namun di babak kedua mereka bangkit dan menjawab keraguan Skor 1-1 mengantarkan Indonesia ke semifinal.
Dari keseluruhan partai penyisihan grup yang saya saksikan saya melihat ada perbedaan yang sangat mencolok dari penampilan dan cara bermain mereka, skill dasar bermain bola, mental, fisik, pemahaman taktik dan skill individu mereka saya rasa di atas rata-rata bahkan menurut saya bisa jadi di atas para seniornya mungkin cuma pengalaman bertanding mereka yang perlu ditingkatkan. Saya sangat terkesima sekali melihat bagaimana lihainya mereka bermain dari mulai perpindahan posisi, long pass yang akurat, kontrol bola yang sangat apik, dari kaki ke kaki, sprint, mengatur tempo permainan, kesabaran mereka dalam mengatur serangan dan yang paling membuat saya takjub mereka sanggup bermain secara konstan selama 90 menit yang sangat-sangat jarang saya lihat bisa dilakukan para seniornya baik di level timnas atau klub.
Acungan jempol patut di berikan pada tim pelatih yang bisa membuat mereka bermain seperti ini, Skill individu yang memang banyak dimiliki talenta-talenta muda negeri ini akan sia-sia jika tidak disertai dengan pemahaman taktik sepak bola yang baik, Pemahaman taktik sepakbola yang baik pun tidak akan berjalan maksimal jika tidak sanggup bermain konsisten selama 90 menit karena bermain bola normal itu 90 menit bukan 60 menit dengan latihan fisik dengan porsi yang benar akan membuat daya tahan pemain sanggup bermain 90 menit (Jadi ingat ketika ada beberapa pemain senior mogok latihan sampai sang pelatih dipecat padahal belum sempat bertanding cuma gara-gara para pemain senior ini ga mau latihan fisik yang teramat berat), mental bertanding pun sangat berpengaruh dengan kondisi fisik jika mental bertanding drop fisik pun akan cepat habis, dan yang terakhir skill dasar yang harus dilakukan berulang-ulang pada sesi latihan yang saya rasa tidak banyak dilakukan klub-klub di Indonesia yang kebanyakan menu latihan hanya games saja terlihat jelas pada saat pertandingan banyaknya kesalahan mendasar yang dilakukan yang paling mencolok adalah umpan long ball dan crossing atau umpan silang yang menurut saya hanya asal menendang ke depan gawang tanpa melihat pemain mana yang diberi umpan serta kontrol bola (kontrol bola ko bolanya mental kemana-mana), memang ada beberapa pemain yang menurut saya masih memenuhi semua aspek yang saya sebutkan tadi di atas beruntungnya beberapa pemain yang saya anggap memenuhi kriteria pemain bola yang baik masih terbilang muda usianya seperti Andik Vermansyah dan Taufik keduanya dari persebaya satu klub dengan Evan Dimas yang notabene Kapten yang sangat mempengaruhi permainan TimNas U-19 ini.
Harapan saya mudah-mudahan anak-anak muda ini tidak layu sebelum berkembang kedepannya mereka bisa dipadukan dengan pemain yang lebih senior seperti andik dan taufik untuk membawa kejayaan sepak bola Indonesia. Dan untuk pemain-pemain senior lihatlah cara adik-adik anda bermain jangan malu belajar dengan yang lebih muda. Semoga Tim Nasional U-19 dapat terus melaju sampai final dan menggapai juara Piala AFF U-19. Maju Terus Sepak Bola Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H