Membaca tulisan teman tentang kebahagiaan bersyukur, hati ini pun merasa tergelitik. Benar adanya. Yang utama dan pertama asal kebahagiaan adalah berlimpahnya rasa syukur dari hati kita. Saat kita bersyukur, kita selalu mengingat, mengulik, dan menghitung nikmat yang sudah kita terima.Â
Dari nikmatnya hidup sehat selama ini, rejeki lewat makanan dan minuman, pertemuan dengan teman dan sahabat, pekerjaan yang mendukung hidup kita. Dan...aahh, rasanya tak cukup sehari untuk menuliskannya. Bahkan mungkin berhari-hari pun tak habis kasih anugerah-Nya yang sudah kita terima.
Maka dari rasa syukur itulah, kesedihan, duka, luka yang tertoreh entah karena apa pun, berganti dengan kebahagiaan. Memang wujud kebahagiaan tak perlu dengan menampilkan 'euforia' hingar bingar yang kita ekspos seperti balita mendapat gula-gula.
Karena kita sebagai pembelajar hidup, pembelajar dewasa, pembelajar sepanjang masa, bisa mewujudkannya dengan banyak hal. Bagi saya bisa dengan menulis puisi, cerita pendek, kolom, atau pun karya lain. Tak sekedar menuangkan karya yang terekam, tapi bisa juga membuang rasa yang kadang menggoda hati untuk larut dalam sedih.
Bukan berarti karya yang menyiratkan duka adalah bentuk kesedihan. Tapi bisa kita pakai untuk berlatih menorehkan karya yang tertinggal.
Sahabat bisa menorehkan karya lain sesuai keinginan. Suatu saat kita pun bisa membaca kembali, menilai sendiri perjalanan karya kita. Mungkin kelincahan kita dalam memilih diksi, menggunakan tanda baca, bahkan ejaan yang tepat, makin hari makin berkembang.
Tak selalu pula tulisan kita adalah kejadian yang kita alami. Bisa kita ambil dari sekeliling kita, di lingkungan masyarakat atau bahkan tempat kerja kita.
Kadang saya pun menuliskan kesedihan, kegeraman, kejadian yang saya alami. Bukan maksud hati untuk mengumbar duka, apalagi kemarahan. Tapi saya berpikir dari pada saya tuangkan keluhan di media sosial, rasanya lebih bermanfaat bila menjadi karya.
Selain untuk meninggalkan jejak pada giat literasi, saya gunakan juga untuk berlatih meningkatkan keterampilan menulis. Naaahh...akhirnya, rasa syukur lagi yang datang, kan? Syukur-syukur bisa dipakai untuk PAK alias kenaikan pangkat.
Maka, yuuukk...saya ajak teman-teman berkarya! Tak perlu anti medsos. Tak perlu alergi teknologi. Kita bisa memanfaatkan semua itu untuk kebaikan. Berkarya sesuai dengan minat dan bakat kita. Istilah kerennya sesuai 'passion' kita. Karena berkarya juga merupakan wujud nyata dari sebuah rasa syukur. Dengan berkarya hati kita akan lebih bahagia. Hati yang bahagia adalah obat yang manjur untuk mencegah sakit penyakit.
Selamat mensyukuri indahnya menghirup oksigen gratis hari ini dan hari-hari berikutnya. Â Salam sehat dan bahagia selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H