Mohon tunggu...
Fajar setiono
Fajar setiono Mohon Tunggu... Buruh - copywriter

Selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan.Jangan pernah menyerah sebelum kita mendapatkan apa yang kita inginkan.Selalu semangat dan pantang menyerah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Bayangan Pelangi

11 September 2024   08:31 Diperbarui: 11 September 2024   08:37 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu, hujan rintik-rintik menyirami Jakarta dengan lembut, dan Lila berdiri di depan cermin di kamarnya. Ia memeriksa penampilannya untuk kesekian kalinya. Tampilannya agak kacau, rambutnya sedikit lepek, dan baju yang ia pilih terasa tidak cocok. Namun, hari ini bukan soal penampilan, melainkan tentang harapan dan cita-cita.

"Ini dia hari besar, Li," ucap Lila kepada bayangannya di cermin. Ia melirik jam dinding. Sudah pukul lima sore. Ia harus bergegas.

Di luar, mobilnya sudah menunggu. Lila melompat masuk ke dalamnya dan mengarahkan mobil menuju kantor pusat tempat dia bekerja. Dia telah bekerja keras selama dua tahun terakhir untuk kesempatan ini---tawaran proyek besar yang bisa mengubah segalanya.

Sesampainya di kantor, suasana tegang menyambutnya. Dia bertemu dengan tim, dan diskusi dimulai. Lila merasakan aliran adrenalin saat ia menyampaikan ide-idenya. Satu jam berlalu, dan akhirnya, dia mendapatkan kabar baik---proyeknya diterima. Kegembiraan meluap, tetapi ada satu hal yang tidak bisa ia lupakan.

Hari ini adalah hari ulang tahun ibunya.

Sementara Lila melanjutkan pekerjaannya dengan penuh semangat, di sisi lain kota, ibunya, Ibu Sari, tengah merayakan ulang tahunnya di rumah. Dihiasi dengan balon dan kue, suasana terasa ceria meskipun Ibu Sari tidak tahu kalau anaknya terjebak dalam kesibukan.

Di sore hari, Lila memutuskan untuk pulang lebih awal. Dalam perjalanan pulang, ia membeli kue ulang tahun dan bunga sebagai kejutan. Mobilnya melaju cepat di tengah kemacetan Jakarta, dan setiap detik terasa berharga.

Setibanya di rumah, Ibu Sari sudah menunggu dengan senyum lebar di bibirnya. "Lila, kau pulang!" serunya dengan penuh kebahagiaan.

Lila memeluk ibunya dengan erat. "Maafkan aku terlambat, Ma. Aku hanya ingin memastikan kalau kamu mendapatkan hari yang spesial."

Mereka merayakan dengan makan malam sederhana, berbagi cerita dan tawa. Lila merasa bahagia bisa bersama ibunya, meskipun kadang waktu terasa sangat terbatas.

Setelah makan malam, ketika Ibu Sari sudah tidur, Lila duduk di meja kerjanya. Ia memikirkan semua perjalanan dan pencapaiannya. Ia menyadari bahwa mengejar cita-cita tidak hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang menghargai setiap momen berharga bersama orang yang kita cintai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun