Mohon tunggu...
Fajar setiono
Fajar setiono Mohon Tunggu... Buruh - copywriter

Selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan.Jangan pernah menyerah sebelum kita mendapatkan apa yang kita inginkan.Selalu semangat dan pantang menyerah!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tak Semuanya Indah Seperti Senja

28 Agustus 2024   14:31 Diperbarui: 28 Agustus 2024   14:34 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Judul: **Di Bawah Langit Senja**

-

Di sebuah kota kecil yang terletak di tepi laut, ada seorang pemuda bernama Arga. Ia selalu menikmati senja dari sebuah bukit di pinggir kota, tempat di mana ia bisa melihat matahari tenggelam ke dalam laut yang berkilau keemasan. Senja baginya bukan hanya waktu di mana matahari berpamitan, tapi juga saat di mana hatinya terhubung dengan kenangan yang tak bisa dilupakan.

Suatu sore, ketika Arga sedang duduk di atas bukit, ia bertemu dengan seorang gadis bernama Lila. Wajahnya tampak damai, seolah menyatu dengan keindahan senja yang sedang dinikmati mereka berdua. Mereka hanya duduk bersebelahan, menikmati suasana tanpa banyak bicara. Tapi bagi Arga, kehadiran Lila terasa seperti angin sepoi-sepoi yang menenangkan hati.

Hari-hari berikutnya, Arga selalu menemukan Lila di bukit yang sama, tepat saat senja mulai merona. Mereka mulai berbincang tentang banyak hal, dari hal-hal sederhana seperti hobi hingga cerita-cerita tentang hidup. Lila memiliki cara berbicara yang tenang dan penuh makna. Setiap kata yang keluar dari bibirnya seakan-akan memiliki arti lebih dalam dari sekadar obrolan biasa.

Tanpa disadari, Arga mulai menantikan senja bukan hanya untuk melihat matahari tenggelam, tapi juga untuk bertemu dengan Lila. Mereka berdua seperti telah menemukan sesuatu yang hilang di dalam diri masing-masing. Di tengah-tengah percakapan, Arga mulai merasakan perasaan yang sulit diungkapkan, sesuatu yang hangat dan lembut setiap kali Lila tersenyum kepadanya.

Suatu hari, ketika senja kembali menghias langit, Arga mengumpulkan keberaniannya. Ia ingin mengungkapkan perasaannya kepada Lila. Namun, sebelum ia sempat berbicara, Lila terlebih dahulu membuka mulutnya.

"Arga, apakah kau percaya pada takdir?" tanya Lila dengan tatapan mata yang penuh makna.

Arga mengangguk perlahan, meski dalam hatinya ada keraguan. "Aku percaya, tapi aku tidak pernah benar-benar memahaminya."

Lila tersenyum tipis, pandangannya terarah ke cakrawala. "Takdir kadang membawa kita bertemu dengan orang-orang yang membuat hidup kita berarti, tapi tak selamanya kita bisa bersamanya."

Arga merasakan sesuatu yang aneh dalam hati. Ia tak tahu ke mana arah pembicaraan Lila, tapi ada perasaan yang membuat dadanya berdebar tak menentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun