[caption id="attachment_122101" align="aligncenter" width="300" caption="sumber gambar : http://remaja.suaramerdeka.com/"][/caption]
Senja sore ini telah menutup dirinya dengan selimut kegelapan, suasana seketika berubah menjadi sunyi dan dingin, padahal ini belum terlalu larut malam. Padi yang mulai menguning hanya tertunduk cemas, menanti sang empu memotong-motong tubuhnya dan mengeluarkakn isi perutnya. Binatang malam menampakkan dirinya satu-persatu, dengan segala macam suara mereka yang tak asing bagiku.
Nyanyian Jangkrik, tikus, ular, burung hantu, dan binatang pengerat lainnya menciptakan atsmosfir malam yang khas, penuh misteri. Akupun tak mau berdiam diri hanya bersembunyi dalam rumpun padi, aku harus keluar, terbang bebas mencari makna kehidupan yang sejati, mengepakkan sayap ini dan menjadikan kegelapan malam sesuatu yang kontras bagiku. Dengan sayap putih ini aku akan melawan kegelapan, menyusuri dinginnya malam mencari cahaya yang terang.
Aku sering dipanggil oleh manusia dengan “kupu-kupu malam”. Suatu panggilan yang amat sangat aneh bagiku, betapa tidak, kupu-kupu sering muncul disiang hari, dengan sayapnya yang indah menggoda setiap mata yang memandang. Berkeliling disekitar bunga dan menghisap madu yang manis.
Tetapi aku, aku hanya muncul dimalam hari, dengan sayap putihku aku terbang mencari cahaya. Mencari secercah kehidupan yang abadi. Aku susuri lampu-lampu dipingir jalan, warung remang-remang, mushalla, rumah penduduk, sampai sinar temaram lampu 5 watt dikandang ayam.
Tidak ada orang yang menyukaiku, bahkan justru mencibir, menghina, memburu, membantai, dan membunuhku dengan sadisnya. Terkadang kedatanganku untuk menemui cahaya terhalang oleh jendela yang tertutup rapat, kalau salah satu dari kami masih bisa masuk dan berkeliaran dalam rumah, pasti sang empu akan panik kemudian mengambil sapu untuk memuaskan nafsu bejatnya. Membunuhnya dengan satu kali pukulan.
Kenapa ini semua terjadi pada kaumku, kaum yang mereka sebut dengan “Kupu-kupu malam”. Bukankah aku dan teman-temanku merupakan jenis kupu-kupu pagi juga, yang kedatangannya selalu dinanti dan dirindu. Kupu- kupu yang selalu menginginkan madu yang manis. Dan senyuman bunga-bunga nan cantik.
Apakah hanya karena aku dan teman-temanku muncul pada malam hari, bukan pagi hari?
Apakah hanya krena warna sayapku hanya putih polos tidak berwarna-warni?
Apakah hanya karena aku sering menebarkan penyakit kulit?
Sungguh.. !!!
Aku tidak ingin hidup seperti ini
Selalu dihina, dibantai, dan diburu
Selalu meninggalkan virus penyakit dimanapun aku hinggap
Selalu dianggap hama oleh petani
Selalu salah dalam hidup ini
Tetapi aku hanya menjalankan sekenario Illahi
Yang telah menciptakanku kealam ini
Untuk menjadi pelengkap
Ekosistem kehidupan
Dan aku yakin, bahwa keberadaanku dibumi ini
Akan bermanfaat bagi semua makhluk
walau harus menanggung cacian dan pembantain
aku “kupu-kupu malam”
akan terus berjuang
mencari cahaya
sang Illahi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H