Mohon tunggu...
Fajar Sany
Fajar Sany Mohon Tunggu... -

Saya adalah Fajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekeresek Uang Misterius

23 April 2015   00:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:47 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat ini aku sedang membutuhkan uang untuk bermain Game Online di warnet dekat rumah seorang temanku. Katanya warnet tersebut sangat nyaman. Aku ingin menghabiskan malam mingguku disana.

Jumat malam, aku menghadiri pesta ulang tahun kecil-kecilan dikosan temanku. Pulangnya, aku mengisi bensin dulu di SPBU. Di toiletnya, aku menemukan sebuah keresek berwarna hitam.Penasaran, aku membukanya, dan...

Ya ampun... beberapa lembar uang!Setelah kuhitung, semuanya berjumlah 666 ribu Rupiah. Jumlah yang aneh, tapi aku tidak peduli, kupikir ini adalah keberuntungan yang tak pernah kuduga. Uang ini lebih dari yang kubutuhkan.

Di sekolah, aku tidak menceritakan pada siapapun tentang penemuanku semalam. Aku hanya memberitahu temanku itu, kalau malam ini dia mau bermain Game Online bersamaku di warnet tersebut, aku akan mentraktirnya. Dia setuju.

Sepulang sekolah, aku tidur siang demi menyimpan tenaga untuk begadang nanti malam.

Bangun sekitar jam 5 sore. Cuacanya cerah, udara dingin terasa di kulit dan paru-paru.

Aku akan merapikan uang-uang tadi yang kusimpan dikotak penyimpan rahasiaku.

Apa?

Entah ini kenyataan atau bukan, uang-uang temuan tadi malam yang kusimpandisitu, semuanya telah berubah menjadi daun.

Ini tidak masuk akal, karena aku mengunci lemariku. Tidak mungkin pula kedua orangtua dan seorang adik perempuanku melakukannya, kalaupun iya, mereka pasti sudah memberitahuku.

Tapi bukan karena berubah menjadi daunnya yang membuatku terkejut.

Lembaran-lembaran uang tersebut tidak hanya berubah menjadi daun biasa... tapi daun yang berlumuran darah merah segar.

Kuangkat dedaunan tersebut dari dalam kotak, kemudian...

Ada sesuatu yang berbentuk manusia berwarna hitam, lengkap dengan rambutnya yang acak-acakan, mata merah melotot, hidung dan telinga lancip, serta mulut dengan kedua taringnya.Bau amis dan daging busuk segera menyebar keseluruh penjuru kamar dan rumahku. Tak lama kemudian terdengar suara tetanggaku yang berkata, "Waduh, bau apa ini? Sepertinya tidak wajar!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun