Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Buruh - Penyair Paruh Waktu

Jangan hempaskan, tuliskan!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Larut malam

30 Juli 2023   23:14 Diperbarui: 6 April 2024   22:10 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Larut malam, malam terlarut
Gelita tiada berumah
Di gunung, juga di hutan
Di kota dan dimanapun adalah tempatnya
Segala terang akan tersisih olehnya.

Larut malam, malam terlarut
Dan jika memang harus larut, maka larutlah malam ini.
Agar matahari tak tiba meronta
Menghanguskan segalanya
Dan tersisa arang yang sama gelapnya.

Larut malam, malam terlarut
Guna apa lampu kota tetap menyala
Sedang di kolong jembatan gelandangan tertidur tak nyenyak
Dan paginya selalu saja buta

Larut malam, malam terlarut
Hingga gelap kian
Kecuali pijar lilin dalam kalbunya, 
Yang tinggal sedikit sisa sumbunya. 

Larut malam, malam terlarut. 
Larut malam berlarut. 
Larutlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun