Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Buruh - Penyair Paruh Waktu

Jangan hempaskan, tuliskan!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Malam Itu

13 Juli 2023   04:04 Diperbarui: 20 Juli 2023   02:41 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kesibukan macam apa yg membuat seseorang wanita tak membuka pesan masuknya.
Dan hal apa yang lebih ditunggu seorang pemuda selain hadirnya dua centang biru dari wanita yang hadir pada tiap do'anya.

Jam satu lewat sekian.
Sungguh waktu yang sia-sia bagiku untuk menanyakan.
Tentang keindahan macam apa yang hendak kau perjuangkan
Hingga keindahan lainnya harus ditinggalkan
Bukankan indah hanyalah ketelanjangan dirimu yang tanpa busana.
Bukan pula tentang gelinjang di atas kasur yang gayanya tiada habisnya
Atau organsme batin hingga menghitamkan uban di rambutmu yang pirang 

Ataukah apa lagi sayangku
Katakanlah sayangku.

Ah, malam ini aku makin banyak bertanya
Tapi aku lupa kau sedang tak lagi ingin ditanya.
Mungkin subuh nanti,
pesan ku baru akan terbalas
Mungkin sebatas ya atau tidak
Begitu juga ada baiknya
Ataupun tidak
Setidaknya masih ada puisi yang tercipta
Biar tak elok, biarlah.
Sebab karena puisi, aku menerima segala keliaran pesona mu
Yang rimbun penuh misteri

Dan lihatlah betapa bodohnya pemuda ini!
Bukankah 1001 malam telah dibacanya
Tapi tak ada ada setetes initisari yang ia teguk darinya
Tinggallah hanya kegilaan cinta yang menyumbat pipa arteri dan vena

Maaf jika saat kecewa aku justru makin mencinta
Seperti rabies merampas sadar para anjing dan kera
Sebab diam mu tak berarti iya maupun tidak
Juga boleh atau jangan.
Atau aneka kata berlawanan makna lainnya.

Tentu kau boleh berbicara dengan jurus seribu diam
Asalkan kau harus tepati janjimu
Agar tak nakal malam ini.
Sebab aku ingin kembali kepadamu
Yang tentu dalam keadaan yang baik
Tidak juga mabuk cinta
Dan jika kau tetap berpegang pada diam, maka lusinan puisi jelek ku ini menenggelamkan hari-hari mu.
Namun jika kau tetap pada diam dan mengambang pada samudra puisi ku.
Biar ku panjangkan lagi doa-doa pada Tuhan mu
Sampai dua, tiga tahun lagi mungkin begitu
Atau berapapun angka yang kau mau itu.
Tak peduli lagi aku akan waktu ku.


Biarlah habis dagingku dimakan diam mu.
Aku rela sayangku.
Dan jika benar kau menginginkan itu
Maka biarlah puisi ini yang bicara, bahwa aku melacurkan harap hanya kepadamu.

Dan sayangku.
Sepertinya aku ingin tidur, sebab selangit malam telah hadir memenuhi plafon kamar ku
Dan bulan masih saja mengintip dari luar jendela tanpa rasa malu-malu.
Persis seperti puisi ini.
Sungguh persis puisi ini.

Sayangku tetaplah tenang dalam diam, sebab sebelum tidurku segala doa baik akan ku baca untuk membersamaimu
Selamat tidur, sayangku.
Semoga matahari pagi tetap mengasihimu.


Amin ya robbal alamin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun