Diera kontemporer ini, teknologi dan media sosial telah mengubah cara kita berkomunikasi, penting bagi kita untuk tetap memahami nilai-nilai kemuliaan dalam menjaga lisan. Dalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi dan media sosial, kata-kata kita memiliki potensi untuk mencapai audiens yang lebih luas. Ungkapan kita dapat dengan cepat menyebar melalui internet dan mempengaruhi orang lain. Konteks digital sering kali dapat memicu perselisihan dan konflik antara individu atau kelompok. Dalam situasi ini, menjaga lisan yang baik dan berbicara dengan penuh hormat dapat membantu mencegah eskalasi konflik yang tidak perlu.
Dalam hal ini, tata cara beretika dalam komunikasi bisa bersandar pada kitab karya imam al-Ghazali berjudul “Afathul Lisan”, kitab yang membahas tentang bidang tasawuf, etika, dan pentingnya menjaga ucapan, ini dapat mendorong kita untuk berkomunikasi secara baik. Ketika kita berbicara dengan kebaikan, kita memperlihatkan kesopanan dan menghormati pandangan orang lain, yang pada gilirannya dapat mencegah potensi konflik yang merugikan.
Kitab “Afathul Lisan” ini di tulis oleh Imam al-Ghazali, atau dikenal sebagai Abu Hamid al-Ghazali, ia adalah seorang cendekiawan Muslim terkenal yang hidup pada abad ke-11 hingga ke-12. Dilahirkan pada tahun 1058 di kota Tus, yang terletak di Persia (sekarang Iran), al-Ghazali mendapatkan pendidikan awalnya di Tus dan kemudian melanjutkan studinya di Madrasah Nizamiyah di Nishapur.
Di sana, ia mempelajari berbagai bidang ilmu, termasuk teologi, filsafat, hukum Islam, dan matematika. Ia dihormati sebagai seorang cendekiawan ulung dan spiritualis yang menghubungkan antara ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan spiritual. Pemikirannya tentang filsafat, teologi, dan praktik keagamaan telah mempengaruhi generasi cendekiawan berikutnya dan menyentuh kehidupan umat Muslim di seluruh dunia.
Beliau menulis banyak karya penting, karyanya yang paling terkenal adalah kitab berjudul "Ihya Ulum al-Din”. Kehidupan dan karya-karya al-Ghazali memiliki pengaruh besar dalam sejarah pemikiran Islam. Kitab berjudul “afathul lisan” ini, kini telah ada terjemahannya. Dalam kitab ini, Imam Al-Ghazali membahas mengenai bahaya-bahaya dari perkataan yang tidak bijak atau tidak terkontrol. Ia menekankan betapa pentingnya mengendalikan lidah kita dan berbicara dengan bijak. Lidah adalah anugerah yang besar, namun juga dapat menjadi sumber masalah jika digunakan dengan sembarangan.
Ucapan yang buruk dapat merusak hubungan dan reputasi seseorang. Oleh karena itu, Imam Al-Ghazali mengajarkan agar kita berpikir sebelum berbicara dan memilih kata-kata dengan hati-hati. Ia juga menekankan pentingnya jujur dan menghindari fitnah serta ghibah.
Selain itu, Imam Al-Ghazali juga membahas pentingnya mendengarkan dengan baik. Mendengarkan yang baik adalah bagian dari kesalehan dan harus dilakukan dengan penuh perhatian. Kitab "Afathul Lisan" memberikan panduan praktis tentang mengelola perkataan kita dan menyadarkan kita akan dampak dari ucapan kita. Dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu mengenai komunikasi yang baik, etika berbicara, dan menjaga kesopanan tetap relevan.
Meskipun kitab "Afathul Lisan" ditulis pada zaman Imam Al-Ghazali, seperti yang di jelaskan diatas tentang menjaga lisan itu tetap relevan di era modern. Dalam konteks era modern, menjaga lisan masih memiliki signifikansi yang sama dalam membangun hubungan harmonis dengan orang lain dan memperoleh keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. Lisan kita yang lebih mudah terhubung dengan berbagai platform komunikasi seperti media sosial, pesan teks, dan aplikasi pesan instan. Ini menambah kompleksitas dalam menjaga lisan kita, karena kata-kata yang kita sampaikan melalui media ini dapat memiliki dampak yang sangat besar dan tersebar luas.
Kitab “Afathul Lisan” dapat memberikan pengajaran penting tentang pentingnya berpikir sebelum berbicara atau menulis di media sosial. Dalam era yang penuh dengan impulsivitas dan kecepatan dalam berkomunikasi, penting bagi kita untuk mempertimbangkan efek kata-kata kita sebelum kita mengungkapkannya. Kitab ini mengajarkan agar kita menghindari kata-kata kasar, penghinaan, atau kebohongan yang dapat melukai atau menyakiti orang lain. Selanjutnya, dalam era modern di mana informasi tersebar luas dengan cepat, penting bagi kita untuk memverifikasi kebenaran informasi sebelum menyebarkannya.
Fitnah dan berita palsu adalah masalah serius yang dapat merusak reputasi seseorang atau menyebabkan ketegangan dalam masyarakat. Kitab “Afathul Lisan” dapat mengingatkan kita tentang pentingnya berbicara hanya tentang hal-hal yang kita ketahui dengan pasti dan menghindari menyebarkan informasi yang belum diverifikasi. Di era media sosial, banyak orang merasa nyaman untuk bersembunyi di balik anonimitas dan menyampaikan komentar yang kasar, bermusuhan, atau menghina.
Kitab “Afathul Lisan” mengajarkan pentingnya mengendalikan diri dan mengungkapkan pikiran dengan bijaksana. Kita harus berusaha untuk menjadi pengguna yang bertanggung jawab dalam media sosial, menghargai pendapat orang lain, dan menjaga etika dalam berkomunikasi daring. Selain itu, dalam era modern, menjaga lisan juga melibatkan pemilihan kata yang positif dan membangun. Dalam dunia yang sering terpengaruh oleh retorika negatif dan berbasis konflik, penting bagi kita untuk menggunakan lisan kita sebagai sarana untuk membangun, memberikan motivasi, dan menyebarkan kebaikan.