Penguasaan Materi Perjalanan Pendidikan Nasional Pada Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia
Memilih profesi menjadi pendidik (guru) merupakan pekerjaan yang mulia dan menjadikan diri kita ikut berperan serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, memilih profesi tersebut menjadikan diri kita sebagai individu yang setiap harinya selalu berproses untuk jauh lebih baik dari sebelumnya, karena dengan memilih profesi tersebut tentunya kita akan menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat. Berbicara tentang Pendidikan Nasional tentu nya tidak akan pernah lepas dari seorang figur yang kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki Hadjar Dewantara.
Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak – hak rakyat Indonesia terutama dalam bidang pendidikan. Taman Siswa merupakan nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 1992 di Yogyakarta. Taman siswa didirikan pada saat itu sebagai bentuk perjuangan dalam menantang penjajahan Belanda melalui jalur pendidikan dan juga kebudayaan. Tujuan akhir dari Taman Siswa adalah kemerdekaan bangsa Indonesia, yang kemudian berhasil diwujudukan pada tahun 1945.
Sebelum transofrmasi Pendidikan dengan berdirinya sekolah Taman Siswa, pendidikan di Indonesia hanya dapat ditempuh oleh beberapa kaum tertentu saja dan juga dapat dikatakan hanya dijadikan sebagai alat untuk memenuhi segala kebetuhan pemerintahan Belanda pada saat itu. Pada tahun 1854 pernah didirikan sekolah kabupaten yang diinisiasi oleh para bupati setempat dan yang dapat melangsungkan pendidikan pun hanya terbatas pada calon – calon pegawai saja. Kemudian, pada tahun yang sama juga didirikan sekolah Bumi Putera, pembelajaran yang dilakukan pada sekolah tersebut hanya sebatas pada kegiatan membaca, menulis, dan menghitung apabila diperlukan. Dapat dikatakan bahwa Bumi Putera didirikan juga hanya dijadikan sebagai alat pemerintahan pada saat itu agar dapat menghasilkan seseorang yang mampu membantu usaha yang sedang mereka jalankan.
Pemikiran – pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentunya sangat melekat dalam pendidikan Indonesia. Merdeka belajar yang saat ini dijadikan sebagai sebuah kurikulum pendidikan di Indonesia juga sejalan dengan prinsip dan pemahaman pembelajaran Ki Hadjar Dewantara. Pada kurikulum merdeka belajar pendidik dan peserta didik memiliki kebebasan berpikir agar dapat mendorong setiap individu untuk dapat membentuk karakter jiwa merdeka. Selain itu, fungsi seorang tenaga pendidik adalah menuntun dan mengarahkan agar peserta didik tidak redup jiwa merdeka dan kreativitasnya.
Hemat kata merdeka belajar adalah pembelajaran yang berfokus pada peserta didik dan seorang pendidik harus mampu memenuhi segala bentuk kebutuhan peserta didik agar mampu mencapai tujuan pembelajaran. Penekanan pendidikan yang berpusat pada peserta didik begitu relevan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, menurutnya bahwa setiap individu memiliki potensi unik yang perlu dikembangkan melalui pendidikan yang relevan dan juga bermakna.
Kurikulum merdeka tentunya bertujuan mengembangkan potensi setiap peserta didik secara holistik, memperhatikan minat dan bakat, menjadikan dan menyiapkan peserta didik menjada warga negara yang mandiri serta kompetitif. Tentunya kurikulum merdeka memberikan kesempatan bagi setiap individu (peserta didik) mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang relevan dengan kebutuhan didalam kehidupan sosial.
Secara keseluruhan pemahaman dan prinsip – prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara selaras dan sejalan dengan kurikulum merdeka. Terdapat pendekatan pembelajaran Ki Hadjar Dewantara yang dapat diterapkan sebagai wujud merealisasikan pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Pendekatan tersebut adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada “kodrat anak”.
Pendekatan pembelajaran “kodrat anak” merupakan proses pembelajaran yang memanusiakan manusia atau dapat diartikan bahwasanya setiap anak (peserta didik) memiliki potensi yang ada didalam dirinya, seperti potensi untuk berpikir, potensi emosi, dan juga fisik. Potensi tersebut merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan tentunya potensi disetiap anak akan berbeda – beda dengan yang lainnya sehingga dengan menekankan pendekatan pembelajaran “kodrat anak”, setiap peserta didik akan menemukan kemerdekaan dalam hal belajar, karena seorang pendidik disini akan berperan sebagai “penuntun” yang menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat pada anak (peserta didik), agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya hidup) dan tumbuhnya kekuatan kodrat. Salah satu contoh penerapan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam proses pembelajaran adalah kita sebagai seorang pendidik mampu mengakomodir praktek pembelajaran di kelas sesuai dengan minat belajar, gaya belajar, serta profil belajar peserta didik sebagai bahan model pembelajaran yang akan diterapkan agar setiap peserta didik tidak ada yang merasa tertinggal dan juga mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H