Mohon tunggu...
PIL Kelas 5 Tekkim
PIL Kelas 5 Tekkim Mohon Tunggu... -

kelas 5 PIL tekkim ITS

Selanjutnya

Tutup

Nature

ITS Eco Campus, Tanggap Isu Lingkungan Hidup

19 Mei 2013   22:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:20 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Surabaya adalah salah satu kota besar yang letaknya dekat dengan laut, hal ini menyebabkan Surabaya memiliki suhu rata-rata harian yang relatif tinggi dibandingkan dengan kota-kota besar lain yang terletak di dataran tinggi seperti Bandung, Padang, dan lain-lain. Kondisi ini diperparah dengan tinginya tingkat polusi udara yangada di kota ini. Semakin meningkatnya pengguna kendaraan bermotor maupun berkembangnya industri di Surabaya kian menambah “pemasok” polusi bagi Surabaya. Tentu hal tersebut menjadi dilemma bagi masyarakat maupun pemerintah. Di satu sisi, semakin berkembangnya gaya hidup yang serba cepat serta semakin derasnya arus globalisasi menuntut masyrakat untuk menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi utama dan rencana politik pasar bebas 2014 menuntut industri dalam negeri untuk dapat bersaing dengan industri luar negeri. Namun apabila kita memandang pada sisi yang lain, lingkungan tempat dimana kita tinggal semakin rusak akibat aktivitas kita yang mengatasnamakan gaya hidup dan persaingan ekonomi di atas.

Sebenarnya, beberapa usaha telah dicanangkan oleh pemrintah maupun masyrakat umu untuk menanggulangi hal tersebut, seperti pengesahan UU No.23 Tahun 1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan dan adanya “car free day” yakni satu hari dimana suatu area melarang penggunaan kendaraan bermotor, khususnya mobil.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya sendiri memiliki slogan ITS Eco Campus yang berarti ITS menjadi perguruan tinggi negeri yang berbasiskan ekologi atau lingkungan hidup.Namun pada kenyataanya, beberapa bagian dari kampus ITS yang masih” kurang sesuai” apabila kita nilai dari sisi ekologis. Sebagai contoh adalah masih adanya tumupukan sampah di beberapa tempat, genangan air limbah di kolam yang seharusnya menjadi habitat bagi ikan-ikan dan tumbuhan air, dan lain-lain.

Beberapa even pun diselenggarakan untuk mendukung tercapainya lingkungan ITS yang kondusif serta sesuai dengan slogan ITS Eco Campus, sehingga ITS Eco Campus tidak hanya menjadi slogan yang digembar-gemborkan saja, namun disertai dengan aksi nyata untuk mewujudkannya. Salah satu even yang diselenggarakan oleh BEM ITS khususnya Kementrian SosMas adalah YELP atau Youth Environment Leader Program yang terdiri atas serangkaian acara yang diawali dengan ITS flashmob yang diselenggarakan pada masing-masing fakultas yang ada di ITS. Surabay Green Action (SGA) dimana mahasiswa melakukan aksi “pembersihan” di daerah pantai Kenjeran, dimana telah kita ketahui bahwa kawasan tersebut sudah banyak tercemari oleh sampah. GugurGunung adalah salah satubagiandari serangkaian even YELP dimana mahasiswa baru ITS diajarkan untuk lebih peduli lingkungan dengan membersihkan area kampus dari sampah dan gerakan menanam seribu pohon di sekitar area kampus. Hal ini penting dilakukan agar mahasiwa baru sebagai generasi “termuda” diharapkan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan. Selain itu ada pula YELS atau Youth Environment Leader Summit yang mempertemukan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk membahas isu-isu lingkungan hidup terkin serta upaya penanggulangannya. Ada juga trash buddy, yakni pembagian tempat sampah kepada masyarakat yang dilkakukan oleh siswa SMA maupun mahasiswa dan lomba kebersihan se-Indonesia yang diawalai dengan mengirim esai oleh masing-masing peserta. ITS Green Campaign (IGC) juga merupakan salah satu dari serangkaian even YELP dimana SMA dan SMP diberikan pengetahuan mengenai isu lingkungan hidup dan bagaimana cara mengatasi permasalahan lingkungan hidup saat ini. Pokok bahasan utama pada IGC 2013 ini adalah penyebab perubahan iklim dan upaya pencegahannya, studi kasus terkait peran serta mereka dalam menyelesaikan masalah perubahan iklim. Para siswa yang mengikuti even sosialisasi IGC tersebut diarahkan untuk mengikutilomba IGC. Perlombaan tersebut dengan menilai profil kegiatan penyelamatan lingkungan di saekolah masing-masing peserta yang akhirnya dipilih satu siswa sebagai YELP Ambassador.

Dengan dilakasanakannya even-even seperti di atas diharapakan kaum muda akan lebih sadar dan tanggap akan permasalahan lingkungan hidup dan tanggap dalam mencari penyelesaian terhadap permasalan yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun