Mohon tunggu...
Fajar Prasetyo
Fajar Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah lulusan S1 Pendidikan Ekonomi yang sedang menempuh Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan. Saya suka dan tertartik pada dunia literasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyelami Neng-Ning-Nung-Nang berdasarkan Ajaran Ki Hadjar Dewantara

12 Juni 2024   10:33 Diperbarui: 12 Juni 2024   19:40 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia yang dikenal luas sebagai Bapak Pendidikan Nasional, meninggalkan warisan pemikiran yang mendalam mengenai pendidikan dan kebudayaan. Salah satu konsep yang kerap dibahas dalam konteks pemikiran beliau adalah filosofi "Neng-Ning-Nung-Nang." Meski terdengar sederhana dan berasal dari bunyi-bunyi dalam bahasa Jawa, filosofi ini mengandung makna yang kaya dan relevan bagi pendidikan dan kehidupan sehari-hari.

Konsep "neng", "ning", "nung", dan "nang" memiliki makna yang mendalam. "Neng" merupakan singkatan dari "Meneng" yang artinya diam dan tenang dengan penuh perhatian untuk mendengarkan secara aktif. "Ning" singkatan dari "Wening" yang berarti jernih di hati dan pikiran. "Nung" singkatan dari "Hanung" yang bermakna kebesaran hati dan jiwa. Sedangkan "Nang" bermakna menang, serta memiliki wewenang baik secara batiniah maupun lahiriah. Prinsip-prinsip neng-ning-nung-nang mencerminkan karakter atau kepribadian seorang pemimpin yang tercermin melalui individu yang menerapkannya. {(View of Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara: Sinergitas Guru, Orang Tua, dan Pemuda dalam Menghadapi Tantangan Pendidikan di Masa Pandemi (ustjogja.ac.id)), (Buku Ki Hajar Dewantara.pdf (kemdikbud.go.id)), (Pesan Ki Hadjar Dewantara : Neng-Ning-Nung-Nang - Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman (slemankab.go.id))}.

1.            Neng

"Neng", singkatan dari "Meneng", menekankan pentingnya untuk diam dan tenang dengan penuh perhatian saat mendengarkan. Ini bukan hanya sekadar tentang menahan diri dari memberikan tanggapan, tetapi lebih jauh dari itu, mencerminkan nilai kesabaran dan kedalaman dalam memahami orang lain. Saat seseorang menerapkan sikap "Neng", mereka membuka diri untuk memahami sudut pandang orang lain tanpa tergesa-gesa memberikan tanggapan atau penilaian. Dalam dunia yang penuh dengan kebisingan dan distraksi, kemampuan untuk menjadi "Neng" adalah sebuah keunggulan yang langka. Hal ini memungkinkan individu untuk menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap pandangan dan pengalaman orang lain, serta menciptakan ruang untuk dialog yang lebih bermakna dan empatik. Dengan berlatih sikap "Neng", seseorang juga mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan diri dan menahan impuls yang mungkin timbul selama proses mendengarkan, sehingga dapat merespons dengan lebih bijaksana dan berempati.

2.            Ning

"Ning", singkatan dari "Wening", menggambarkan kejernihan di hati dan pikiran. Ini bukan hanya sekadar tentang memiliki pemahaman yang jelas tentang situasi atau informasi, tetapi lebih dalam dari itu, menyoroti pentingnya memiliki hati yang bersih dari prasangka dan pikiran yang terbuka terhadap ide-ide baru. Dengan memiliki hati yang jernih, seseorang dapat melihat situasi dari berbagai sudut pandang dan berpikir secara objektif. Mereka tidak terbelenggu oleh pendapat atau asumsi yang sudah ada sebelumnya, melainkan siap untuk menerima dan mempertimbangkan setiap informasi dengan bijaksana. Kemampuan untuk menjaga pikiran yang terbuka juga memungkinkan seseorang untuk tumbuh dan berkembang, karena mereka terbuka terhadap pembelajaran dan pertumbuhan pribadi. Dalam konteks pengambilan keputusan, kejernihan pikiran memungkinkan seseorang untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan tepat, karena mereka dapat melihat semua faktor yang terlibat tanpa terpengaruh oleh emosi atau prasangka. Dengan demikian, sikap "Ning" mengajarkan kita untuk selalu mengutamakan kebenaran dan keadilan, serta menjadi pembelajar seumur hidup yang terbuka terhadap perubahan dan perkembangan.

3.            Nung

"Nung", singkatan dari "Hanung", merujuk pada kebesaran hati dan jiwa yang mengandung makna yang dalam. Ini bukan hanya tentang memiliki hati yang besar, tetapi juga tentang menghidupkan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, keberanian, dan belas kasihan dalam setiap tindakan dan keputusan. Seorang pemimpin yang memiliki sifat "Nung" akan memimpin dengan integritas yang tak tergoyahkan, selalu mengutamakan kebenaran dan kesejahteraan orang lain di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Mereka akan bersikap adil dan transparan dalam segala hal, membangun kepercayaan dan kredibilitas di antara rekan-rekan dan bawahan mereka. Selain itu, keberanian adalah ciri khas seorang pemimpin yang memiliki sifat "Nung". Mereka tidak akan gentar dalam menghadapi tantangan atau mengambil risiko yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang mulia dan berkelanjutan. Namun, keberanian mereka tidak bersifat egois atau impulsif; sebaliknya, itu didorong oleh tujuan yang tinggi dan kesadaran akan tanggung jawab mereka terhadap orang-orang yang mereka pimpin. Terakhir, belas kasihan adalah pijakan moral dari kepemimpinan yang memiliki sifat "Nung". Mereka memiliki empati yang dalam terhadap penderitaan orang lain dan siap untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Dengan menyatukan kejujuran, keberanian, dan belas kasihan, seorang pemimpin yang memiliki sifat "Nung" menjadi teladan yang mengilhami dan memimpin dengan kasih sayang dan keadilan.

4.            Nang

"Nang", yang mengandung arti menang dan memiliki wewenang, melambangkan kekuatan dan tanggung jawab yang melekat pada seorang pemimpin. Namun, kekuatan yang dimaksud tidak hanya bersifat fisik atau lahiriah, tetapi juga memiliki dimensi yang lebih dalam, yaitu batiniah. Seorang pemimpin yang menerapkan prinsip "Nang" tidak hanya menggunakan kekuatannya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya, tetapi lebih dari itu, mereka menggunakan kekuatan mereka untuk mencapai kebaikan bersama dan melayani masyarakat. Kekuatan batiniah seorang pemimpin mencakup kebijaksanaan, ketegasan dalam prinsip, dan kemampuan untuk mengendalikan diri. Mereka memahami bahwa kekuatan sejati bukanlah tentang dominasi atau kontrol, tetapi tentang pelayanan dan pengabdian. Selain itu, seorang pemimpin yang menerapkan prinsip "Nang" juga memiliki kemampuan untuk menginspirasi dan memimpin orang lain menuju tujuan yang lebih tinggi. Mereka menjadi teladan bagi yang lain, memberikan motivasi dan arahan yang diperlukan untuk mencapai visi bersama. Dengan kepemimpinan yang kuat dan penuh semangat, mereka mampu memobilisasi sumber daya manusia dan mengarahkannya ke arah yang positif dan produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun