Dicopotnya Nurdin Halid dari kursi PSSI satu beberapa bulan lalu yang kemudian digantikan Johar Arifin Husein, memunculkan harapan baru. Harapan agar Timnas menjadi lebih berprestasi. Segera setelah dilantik Johar langsung bergerak cepat. Revolusi PSSI. Ya, kata yang terkesan luar biasa. Betapa tidak, kepengurusan baru ini langsung melakukan perombakan besar-besaran di tubuh PSSI. Atas nama kepentingan nasional dan profesionalisme, orang-orang yang dianggap tidak kompeten dan profesional, dicopot. Hampir semua pengurus PSSI pimpinan Johar adalah muka baru. Hanya mantan ketua Badan Liga Indonesia Joko Driyono saja yang mungkin akan dipertahankan. Sedangkan yang lain tetap diganti.
Tidak lama setelah itu, PSSI kembali mengejutkan pecinta bola Indonesia. Alfred Riedl, pelatih kepala Timnas dipecat beserta asisten pelatih Wolfgang Pikal. PSSI menilai kontrak Alfred bukan dengan Timnas melainkan dengan perorangan yaitu Nirwan Bakrie, sehingga menyalahi aturan. Kontan keputusan PSSI ini mengejutkan masyarakat karena Alfred dinilai berhasil menangani Timnas. Tapi PSSI sedikitpun tak bergeming. Riedl dan Pikal tetap dipecat.
Sebagai pengganti PSSI telah menyiapkan Wim Risjbergen. Mantan pelatih PSM di LPI yang pernah menjadi asisten pelatih Trinidad Tobago. Namun sejauh ini prestasi Wim masih belum memuaskan.
Selain hal-hal diatas perubahan lain juga terjadi yaitu, soal kompetisi dan profesionalisme klub. Nama ISL resmi dirubah dan setiap klub wajib memenuhi kriteria profesional yang ditetapkan AFC melalui PSSI. Sebagai pengganti ISL, PSSI masih belum bisa menentukan namanya pasalnya, sponsor utama yang siap mendanai liga belum ada. Nantinya nama liga akan berhubungan dengan sponsor tersebut.
Masalah format kompetisi juga belum jelas, masih tetap satu wilayah atau kembali ke format lama dua wilayah. Dengan banyaknya klub yang mendaftar, kemungkinan formatnya akan kembali dua wilayah tapi, itu juga belum final masih menunggu verifikasi dari AFC langsung.
Banyak pro kontra dari keputusan PSSI tersebut, ada yang menilai PSSI sekarang hanya boneka kelompok tertentu tapi, tak sedikit pula yang mendukung upaya revolusi tersebut untuk kemajuan sepakbola nasional.
Yang pasti kami masyarakat hanya ingin kompetisi yang bagus, fair dan bernilai jual yang akan bermuara ke Timnas.
Sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H