Lebaran sudah memasuki minggu kedua. Hiruk pikuk kehidupan sudah mulai kembali seperti semula. Para perantau juga sudah selesai menjalankan ritual mudiknya. Energi dan fokus akan dikembalikan seperti sedia kala, yaitu kembali berkarya dan menabung untuk mudik tahun depan.
Berbicara mudik memang selalu seru. Hari-hari setelah kembali dari kampung halaman masing-masing yang ada hanya cerita soal mudik. Jika sudah bercerita soal mudik pasti tidak akan lepas dengan yang namanya cerita macet. Ada ungkapan jika mudik tidak macet, ya bukan  mudik namanya.
Mudik tahun ini agak sedikit berbeda. Pembangunan tol trans jawa menjadi harapan mengatasi kemacetan. Benar saja setelah sampai di kampung halaman banyak orang yang bercerita, mudik kali ini adalah mudik tercepat sepanjang sejarah mudik. Ada yang mengatakan delapan jam sekian bahkan ada yang enam jam untuk jarak Jakarta tujuan Jawa Tengah.
Kelancaran arus mudik memang terjadi. Selain tol trans jawa, yang suka tidak suka harus diakui membantu kelancaran, rekayasa lalu lintas di jalan tol menjadi searah ke arah jawa tengah juga cukup membantu. Selain kedua hal tersebut waktu sebelum hari H lebaran juga memberi pengaruh.
Dua tanggal merah di hari Kamis (29/5) dan Sabtu (30/5) sebelum lebaran, memberi waktu cukup banyak sebagian orang. Beberapa orang mengambil cuti di awal lebaran agar terhindar dari kemacetan. Hal tersebut membuat konsentrasi arus mudik terpecah menjadi beberapa hari. Dampaknya kemacetan yang selalu terjadi di setiap perjalanan mudik, menjadi berkurang.
Jika arus mudik terhitung lancar, arus balik justru sebaliknya. Perjalanan yang seharusnya ditempuh sekitar dua belas sampai lima belas jam, menjadi dua puluh bahkan duapuluh empat jam lebih. Saya pribadi mendapat jatah sekitar duapuluh delapan jam. Hal tersebut terjadi karena waktu balik yang hampir sama oleh sebagian orang yaitu hari Sabtu (8/5).
Banyak pekerja yang hari Senin, 10 Juni sudah harus kembali bekerja. Beberapa ada yang memilih pulang hari Jumat (7/5) tetapi banyak juga yang memilih hari Sabtu (8/5). Imbasnya sebagian besar jalur mudik baik utara, selatan, maupun tol mengalami kemacetan. Jalan tol yang kembali dibuat satu arah kini ke arah jakarta, ternyata tidak mampu menampung volume kendaraan yang lebih besar dibandingkan saat arus mudik.
Begitu juga jalur tengah sekitar Ajibarang arah Bumiayu, pada hari Sabtu (8/5), menurut warga keitar dar siang hari sudah terjadi kemacetan panjang . Mereka bercerita tahun lalu dengan kondisi yang hampir sama, kemacetan baru bisa terurai sekitar subuh hari berikutnya. Mungkin belajar dari hal tersebut, kepolisian terpaksa merekayasa arus lalu lintas menjadi satu arah pada malam hari karena jika tidak maka kemacetan akan sulit terurai dan bisa menimbulkan potensi kecelakaan.
Dari kejadian ini, dapat disimpulkan bahwa arus mudik dan balik bisa menjadi berbeda situasinya tergantung waktu keberangkatan. Upaya pemerintah untuk menyiapkan kelancaran perjalanan juga patut diapresiasi dengan segala kekurangannya mengingat mudik kali ini masih dalam suasana politik yang cukup panas. Klaim pemerintah tentang kelancaran mudik memang terjadi, tetapi kemacetan saat arus balik juga nyata adanya. Bersyukur hampir semua yang mudik maklum jika arus mudik dan balik itu, ya macet. Justru akan aneh jika arus mudik malah sangat lancar.
Namun pemerintah jangan sampai ikut punya anggapan seperti itu. Sudah seharusnya pemerintah memikirkan pembangunan jalan baru di jalur tengah dan selatan yang selalu dilewati arus mudik. Bagaimanapun, perjalanan lancar tetap akan lebih nyaman dibandingkan macet. Tetapi yang paling penting pembangunan infrastruktur tetap harus merata, jangan hanya terkonsentrasi di pulau Jawa. Karena kemacetan tidak hanya terjadi di pulau Jawa saja, dan hal ini berhubungan langsung dengan sila ke lima Pancasila yang tegas menyebutkan "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia."
Salam