Mohon tunggu...
Fajar Nugraha
Fajar Nugraha Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti

Aktivitas di Polnet yang merupakan lembaga kajian yang berfokus memonitoring dan analisis media online dengan menggunakan teknologi big data, untuk memberikan analisa tepat dan komprehensif terhadap kebijakan atau strategi politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Metamorfosis Gotong Royong

26 Agustus 2021   14:35 Diperbarui: 26 Agustus 2021   14:42 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wabah corona (COVID19) masih melanda Indonesia. Jumlah pasien yang mengalamai virus ini terus bertambah. Jutaan orang telah terinveksi virus corona dan ratusan ribu orang telah meninggal akibat virus corona. Entah kapan berakhirnya virus corona ini.

Wabah corona telah mempengaruhi berbagai kehidupan, baik kesehatan, hubungan sosial dan ekonomi. Masyarakat telah merasakan dampak dari virus corona terhadap perekonomian mereka. Kita lihat pedagang kelontongan, penjual ikan, dan pedagang sayur, sangat merasakan menurun daya beli masyarakat karena ketidaknyamanan para konsumen dalam berbelanja.

Disatu sisi, kita menyaksikan budaya gotong royong yang menjadi ciri budaya bangsa Indonesia, muncul ditengah wabah corona.  Budaya gotong royong inilah yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia untuk bisa melawan virus corona. Kita teringat ucapan bung hatta, fondasi Indonesia adalah gotong royong. Ucapan ini menyadarkan kita akan pentingnya gotong royong dalam menghadapi wabah virus corona.

History Gotong Royong

Gotong Royong merupakan salah satu dasar filsafat Indonesia. Para pemimpin bangsa ini selalu menggunakan istilah gotong royong untuk menggalang dukungan. Presiden Sukarno dalam pidatonya di BPUPKI, 1 Juni 1945 mengatakan "gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama".

Pada era orde baru, presiden Suharto selalu menggunakan kata gotong royong untuk dijadikan kata kunci dalam rangka mensukseskan program-program pembangungan.

Pada era presiden Megawati, nama gotong royong digunakan untuk nama kabinet yaitu Kabinet Gotong Royong. Tentunya nama ini digunakan untuk merangkul berbagai kekuatan politik untuk bekerjasama.

Era presiden Jokowi, nama gotong royong digunakan untuk kebijakan ekonomi yaitu kebijakan ekonomi gotong royong. Bahkan, dalam meangani wabah corona, presiden Jokowi mengajak kepada masyarakat untuk bergotong royong menjadi pahlawan kemanusiaan bagi sesama, pahlawan kemanusiaan bagi keluarga dan saudara sebangsa setanah air melawan Covid-19.

Gotong Royong Dalam masyarakat

Aktifitas gotong royong identik dengan aktifitas yang ada dalam masyarakat pedesaan. Sehingga muncul persepsi bahwa budaya gotong royong telah hilang dalam diri masyarakat Indonesia, yang diakibatkan oleh faktor arus globalisasi dan perkembangan teknolologi.

Ditengah perkembangan teknologi, penerapan kegotongroyongan berubah sesuai dengan ciri khas dari masyarakat maya yang sangat menggantungkan diri pada media. Ruang virtual menjadi lokasi dimana masyarakat maya berinteraksi sosial melalui facebook, Twitter, Instagram dan Youtube. Media sosial menjadi arena saling berinteraksi dan berbagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun