Mohon tunggu...
Fajar Novriansyah
Fajar Novriansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja biasa

Pekerja Purna Waktu Sebagai Staf Adminitrasi di Perusahaan Operator SPBU Swasta berlogo kerang kuning. Menikmati suka duka bertransportasi umum, Karena disetiap langkah kan ada jalan, dimana perjalanan kan temui banyak cerita. S1 Manajemen Universitas Terbuka 2014

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

BBM-nya Blasteran

4 September 2014   09:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:39 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan karena saya bekerja di Spbu Shell atau lagi trend isu kenaikan BBM yang sedang wara wiri di pemberitaan media di Indonesia baik elekronik maupun cetak

Perlu di catat baik baik ya ini opini pribadi tidak ada maksud untuk memaksakan apa yang saya pikirkan,

Ada pertanyaan dalam benak saya. Mengapa harga Bahan bakar NonSubsidi di Pertamina selalu flukuatif begitupun dengan Shell dan Total, ternyata jawabannya karena bbm itu impor , Pertamina juga impor bbm nyaris menyentuh 50% dari pasokannya  hal yag miris karena kita sebagai Negara anggota  Opec yang pasti termasuk Negara dengan ekplorasi minyak bumi juga dong

Lalu kemana hasil olahan dalam negeri? Ternyata tetap di produksi juga tapi hasil yang di dapat sangat mengcewakan mengapa Karena eh karena dari kilang kilang tersebut hanya dihasilkan Ron 65-70 saja jauh bahkan dari premium yang ron nya 88, mengapa kualitasnya rendah, karena kilang nya sudah berumur dan teknologi yang uzur sehingga kinerjanya tidak maximal

Lalu apakah BBM pertamina itu produk dalam negeri ? ya semua di cambur dengan BBM impor yag nilainya secara ekonomis lebih murah, mengingat kilang kita yang sudah STW maka harga perliter BBM dalam negeri akan lebih mahal disbanding impor. So jadi BBM pertamina menurut saya itu adalah blasteran 50% impor 50 % produk dalam negeri. Ya setengahnya nguntungin Negara pengekspor. Dari detik.com saya kutip jika BBM dari Singapura Rp 7.000 maka BBM produksi dalam negeri adalah Rp 7.350 di beli di Singapura yang memiliki aturan bbm yang ketat salah satunya harga BBM yang di buat mahal karena negara mungil tersebut menerapkan peraturan untuk kendaraan sangat ketat.Mahal ya...

Soal kualitas tentu Premium adalah yang terburuk mau tahu kenapa? Karena Ron 88 adalah yag paling banyak menyebabkan polusi dan tidak cocok dengan kebutuhan mesin zaman sekarang , rata rata mobil/motor keluaran tahun 2010 apalagi dengan injeksi butuh Ron minimal 90 untuk kehidupan jangka panjangnya yang memang di disain sebagai kendaraan yang ramah lingkunag (mencoba untuk ramah Lingkingan) dengan pemakaian kendaraan wajar dan penggantian oli juga servis teratur.

Coba bayangkan apabila anda sakit dan diberi obat yang kurang dari dosis yang seharusnya, sepertinya akan sulit sembuh atau mungkin mempercepat parahnya penyakit anda begitupun dengan premium.. apakah Negara untung dengan menjual premium. Jika dijadikan pertanyaan untuk saya maka saya jawab tidak.

Karena yang untung adalah pemilik SPBU yang rata rata milik perorangan (Retail) jadi dengan menggunakan premium itu bukan untungkan Negara tapi masuk kantong orang orang tertentu ini menurut saya lho. Buktinya dengan hanya menjual Pertamax, Pertamina Dex (solar) yang non subsidi mereka mengeluh sepi dan rugi dan mulai merencanakan kpengurangan karyawan.Modus Cengeng para pengusaha maruk yang hanya mengejar keuntungan tampa melihat situasi dan kondisi.

Miris liat wawancara di media cetak  ada seorang pengendara motor yang naik Cbr ternyata pakai premium , masa motor mahal begitu pakai yang bersubsidi, memang sih subsidi itu hak semua warga Negara tapi ya bo mikir kalau alasan rakyat kecil gak mungkin kan punya motor Cbr ?? Rakyat kecil punya rumah juga tidak apalagi punya kendaraan , Ponsel atau televisi aja belum tentu sekolah aja boro boro?? FYI ya oktan 88 itu yang pakai Cuma Indonesia saja mungkin yang pakai karena negara lain kebanyakan sudah naik kelas ke oktan ron 90. Bahkan oktan Ron 98 dijual di Malaysia paling yang sentuh Ron 100 yang di siapkan untuk Racing di Pertamina tidak dijual bebas.

Yang didapat dengan bahan bakar nonsubsidi adalah Negara untung  Ya setidaknya kalau tidak di korupsi. Nah asing disini kan hanya sebuah Brand tapi kan saya juga warga negara Indonesia yang nyari duit di negeri sendiri Cuma bekerja di perusahaan asing saja kan, jadi jangan bilang kalo beli di brand asing itu selalu nguntungin pihak swata. Lebih miris jadi TKI yang kerja jungkir balik di negeri orang sudah hidup di seberang sana , kerja dengan orang luar . bertuan di Negara lain untungnya di kuras ma oknum, lebih kejam mana hayo kalo di lihat. Padahal katanya negeri ini kayu dan batu jadi tanaman, Mungkin Pagar makan tanaman ya...

Kalau mau sebut 90 persen produksi kendaraan di dalam negeri itu juga merk dan produk asing hanya sebagian besar produksi dalam negeri. Ponsel saja menjaamur merk asing dan merk lokal banyak pengcibirnya.  Percuma kalau klaim cinta BBM Merk Indonesia tapi Kendaraan Merk asing. Terdengar ngasal dan terlalu memojokan kan. Ini adalah opini saya, ya sudah namanya juga hidup. Kadang ada yang bisa di negosiasikan kadag di demontrasikan yak kan?

Setidaknya adanya Spbu dengan brand Asing membantu mengurangi penyaluran bbm yang tentunya makan duit jalan juga dan ada persaingan juga kan lebih baik buktinya slogan Pertamina “pasti pas” kan buah dari buruknya pelayanan di era sebelumnya. Dengan kompetisi maka akan terlihat mana yang benar benar mau maju dalam pelayanan dan mana tidak, Belanja di spbu juga kan kalo pelayanan buruk kan sama saja gak asik.

Idealnya SPBU itu melayani jumlah pelanggan dalam suatu kepadatan tertentu. Kalau yang mengisi sampai mengular artinya masih kurangnya jumlah Spbu untuk melayani setidaknya dengan Brand asing akan membantu menengahi bukan Cuma sebagai kompetitor, lihatlah BBM saja yang paling banyak di salurkan pertamina ke semua retail milik sendiri atau yang di retail swata ke orang suka langka baiknya kan brand asing ini menegahi itu membantu menjadi alternative walau harga setara nonsubsidi, tinggal pilihan ada di masyarakat itu sendiri

Toh jumlah SPBU Shell masih saja seputaran Jabodetabek, bandung dan Surabaya bahkan total gerainya tidak sampai 20an petronas mah udah pasti bakal jadi bulan bulanan karena aksi ganyang malaysia sudah pada tutup juga.

Harga bensin bersubsidi di luar jawa saja bisa lebih mahal 10 kali lipat dari yang beredar apalagi yang ke papua yang kataya satu liter menyentuh 40rb saja masih hidup karena bukan kebutuhan primer seperti di pulau jawa bali dan Sumatra yang paling banyak didiami penduduk, mungkin spbu kaya Shell dan Total itu bisa buka jalan kesana karena impratruktur nya lebih mahal kan pemerintah tinggal support saja sedikit biar mereka yang melengkapi prasarananya. Kalau sudah jadi tinggal nikmati hasilnya bareng bareng. Dengan begitu ka semua senang.

Coba beberapa penelitian jika perang saja Indonesia akan segera kalah karena BBM hanya cukup sampai 4 hari saya kuitp dari kompas.com lupa artikelnya. Hari gini mana cukup bambu runcing? Coba tengok Amerika Serikat yang memilih mempertahankan Aset buminya. Dia mempertahankan sampai negara negara peng ekspor minyak habis lalu ngebor sendiri untuk industrinya kelak. Sehingga semua industri nantinya beralih kesana. Politik itu kejam jadi artinya betul kalau pepatah bilang yang kaya makin kaya.

Bisa dilihat Selain Pertamina yang melakukan produksi pengeboran beberapa perusahaan asing. dia punya kilang sendiri yang canggih lalu di ekspor dan untungnya banyakan untuk mereka. Kalau di biarkan tidak lama lagi minyak bumi yang hanya 0.03% dari minyak bumi dunia akan habis. Kedepan semoga Pertamina mengambil alih semua pengeboran tersebut dan di tabung saja untuk masa depan atau untuk BBM avtur pesawat yang harganya kian mahal atau BBM transportasi publik. Kebutuhanenergi listrik dan industri agar perekonomian maju.

Biarlah kita mengimpor dari pada anak cucu kita yang impor juga dan hanya lihat kilang kilang yang tidak bertuan lagi. kosong dan menjadi reruntuhan. Tapi kita juga harus mulai beralih pada energi alternatif lain mungkin dari Bahan Bakar Nabati, energi terbarukan dari mathari , Dari Panas bumi dan sebagainya agar Minyak bumi yang tersimpan mampu membangun kita dengan maximal. Biarkan saja negara negara lain habis kita masih punya daripada habis tidak keruan di korupsi pula.

Saya pakai nonsubsidi dan pakai Shell Vpower oktan ron 95 untuk kendaran saya. Dan berharap yang lain juga beralih ke nilai oktan yang lebih tinggi dari premium stidaknya Allah akan meningkatkan rejeki bagi yang mau berubah salah satunya adalah membatu subsidi apapun bentuknya itu kepada tangan yang benar, silahkan resapi dalam hati dengan oktan lebih tinggi membatu mengurangi polusi, karena oktan di atas 92 itu lebih sedikit gas buangnya, lebih baik untuk kendraan , memicu orang untuk bekerja lebih baik agar rejekinya lebih bagus rejeki kalau diniatin inasyAllah bakal lebih, karena rejeki allah tak terbatas tergantung daya upaya manusianya saja tapi yang halal ya jangan halalin segala cara. Dan biasanya buat yang lebih tinggi ada gengsi tersendiri bukan untuk riya ke orang tapi kepuasan

Ok sekian dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun