Mohon tunggu...
Fajar Novriansyah
Fajar Novriansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja biasa

Pekerja Purna Waktu Sebagai Staf Adminitrasi di Perusahaan Operator SPBU Swasta berlogo kerang kuning. Menikmati suka duka bertransportasi umum, Karena disetiap langkah kan ada jalan, dimana perjalanan kan temui banyak cerita. S1 Manajemen Universitas Terbuka 2014

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tertangkap!

18 Desember 2023   10:30 Diperbarui: 18 Desember 2023   10:43 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerpen ini di adaptasi dari salah satu karya saya untuk versi up grade dari Fiksimini: Tertangkap!

-XXXX-

Kisah dimulai dari sebuah persekutuan terlarang dan telah sekitar 10 tahun belakangan ini Ibu Rodiah dan suaminya Pak Rukat secara teratur menggeluti bisnis haram ini. Bukan sembarang usaha karena tidak perlu banyak modal apalagi tumbal berlebih hanya dengan cukup menyekutukan Tuhan yang maha Esa saja dan menjalani ritualnya maka uang akan mudah di dapat. 

Betul kalian betul Rodiah dan Rukat adalah pendosa paling laknat diantara pendosa, sungguh kita ini sama hanya beda problema saja jadi jangan hakimi mereka dengan sembarangan, sebaiknya jika mau menghujat berkacalah dulu. Tapi jujur dosa Rodiah adalah dosa paling puncak dari segala dosa.

Tapi itu kemarin kemarin, hari ini Rodiah bersimpuh sujud untuk kembali kepada Tuhan yang Esa, yang pernah dia ragukan kenapa sungguh Rodiah dan Rukat tidak pernah di beri kekayaan sepeti manusia manusia beruntung di luar sana? Apa usahanya kurang keras, apa kerjanya kurang giat? apa ibadahnya tidak di terima ya tuhan? sesungguhnya dengan bersekutu dengan penunggu hutan itu juga tidak merugikan banyak hanya mengambil selembar uang saja dari banyaknya uang yang disimpan.

"Syukur ya pak sekarang lembar merahnya lebih banyak daripada kemarin yaa" seru Rodiah dengan gemas menghitung uang tunai yang tertaksir sebanyak tiga juta rupiah.

"Iya bu, kemarin kan banyak yang dapat bantuan bansos, sepertinya belum setor ke bank jadi masih ada di dompet jadi mudah digasak" jawab Rukat sambil menghisap dalam dalam rokok kreteknya, menghembuskan asap nya dengan penuh kepuasan.

"Betul pak, tahun depan pasti lebih ramai lagi kan sudah musim nyoblos ya" ide brilian istrinya itu terlontar dengan nada sebegitu gembiranya.

"Setuju Bu, pasti lebih banyak uang yang bisa dipanen" binar mata sepasang suami istri tersebut tidak dapat disembunyikan.

Mereka melakukan ritual jahat dengan mengambil uang hanya sepeser saja dari korbannya, mereka menganggap tidak akan merugikan ornag banyak yang jadi korbannya, anggap saja sedekah. Toh apa yang di dapat sekali beraksi sudah cukup lantaran setara dengan umr daerahnya, kalau kurang tinggal jalan lagi saja beres.

Apa yang ditampakan Rodiah dan Rukat biasa saja, tak ada pamer emas tak ada pamer banyak sawah, semua hanya cukup saja buat sandang papan dan pangan, lantaran sudah sering lihat di televisi serial horror model pesugihan jika terlalu mencolok atau lebay bisa lebih berbahaya, toh satu dekade ini sudah cukup untuk semuanya, anaknya sudah sarjana sana sudah melanglang buana pergi mengejar cita cita, mereka sekalipun tidak tahu apa yang di dapat orang tua mereka dari jalan berdosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun