Hareudang, hareudang, hareudang
Panas, panas, panas
Selalu, selalu, selalu panas dan hareudang
Lagu itu terus menerus muncul di ingatan
refleksikan hari ini yang rasanya benar adanya
menyengat kuat dan rasanya membakar sampai kedalam
merembes keringat diam diam membasahi pakaian, lengket
sungguh kadang angin sepoi mampir rasanya membawa nafas surga
satu persatu cahaya datang bagai dijatuhi jarum menusuk kulit
yang lupa kutambahkan jaket tebal untuk ku kenakan waktu ini
apakah matahari sedang membelah diri sampai dua lusin?
sungguh rasanya dia sedang beranak pinak saking teriknya
Hareudang, hareudang, hareudang
Panas, panas, panas
Selalu, selalu, selalu panas dan hareudang
Ah lagu itu muncul lagi
saking keringnya, jadi merindukan satu plastik es teh kemasan
lalu kutemukan oasis bagai di nirwana, seplastik es teh rasa gula batu
ku seruput dari sebuah pipet yang menyelinap diantara es batu
Ah, nikmatnya
Pakulonan Barat, 14 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H