jalan jalan yang telah kita lalui , mungkin akan kita lewati lagi
jika suatu waktu kita berputar arah untuk mencari keping keping yang hilang
jalan jalan yang tidak selalu mulus yang kubenci jika misal harus diulang lagi dari awal
kita telah melewati satu demi satu gerbang, membuka banyak pintu dan menyingkap banyak jendela
kita telah beristirahat dari siang dari malam dari gemerlap dan dari remang remang
kita telah menggambar separuh, seperdua, sepertiga bahkan satu bagian utuh
kita akhirnya berhenti bukan lagi untuk sekedar singgah, sekedar bermalam dan liburan
dari sebujursangkar bangunan dengan atap piramida sama sisi, semua dipenuhi kenang kenangan
kita memajang semua gambar, semua coretan dan semua oleh oleh dari penjuru menyesaki sisi lahan
kita menamai tempat ini rumah, tempat pulang, tempat bernaung dan tentu tempat kembali
kita yang sepakat untuk paket paket kabar yang kita biarkan kabur untuk menemui kenalan
suatu waktu lelah datang bertamu, menyapa dan menetap sampai tua sampai hampir ajal
dari kita yang hanya aku dan dia, hanya aku hanya dia tanpa yang lain.Â
dari aku separuh pria yang mencintai banyak kebebasan untuk melanglangbuana
dan dari dia separuh wanita yang ingin pergi mengitari bumi berulang ulang kali
dari pria separuh aku lain yang nyaman untuk bersemayam di rumah,Â
dan dari dia separuh wanita itu sendiri yang juga mau berlelah lelah untuk leha leha di rumah
dari sebagian kita yang seperseribu ingin mengulangi masa masa lampau
dari sebagian kita yang seperseribu kepo untuk masa depanÂ
dari sebagian kita yang seperseribu betah pada saat sekarang dan sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H