Mohon tunggu...
Fajar Novriansyah
Fajar Novriansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja biasa

Pekerja Purna Waktu Sebagai Staf Adminitrasi di Perusahaan Operator SPBU Swasta berlogo kerang kuning. Menikmati suka duka bertransportasi umum, Karena disetiap langkah kan ada jalan, dimana perjalanan kan temui banyak cerita. S1 Manajemen Universitas Terbuka 2014

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jika Banjir, Mau Tidak Mau Harus Dihadapi

12 Januari 2021   07:45 Diperbarui: 12 Januari 2021   07:55 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sewaktu muda saya tinggal di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, lokasinya tepat di kaki gunung Ciremai. Kemungkinan Banjir nyaris tidak besar hanya di beberapa desa dan kecamatan yang di lewati sungai besar dan daerah yang datar. Soalnya wilayah Kunijngan rata rata perbukitan.

Tapi anehnya rumah saya pernah kemasukan air, ya anggap saja banjir lokal. Sebab musababnya rumah saya tepat di samping selokan atau kali. Saat itu saya kelas 6 SD hujan itu besar sekali dan selokan itu meluap. Ternyata diketahui di ujung depan ada sampah yang menghalangi.

Tidak terlihatnya sampah itu lantaran drainase depan tempat lanjutan dari Solokan tersebut di bawah trotoar, sehingga tidak bisa kelihatan jika dia tersumbat. Entah siapa yang buang sampah sembarang. Soalnya di seberang rumah ada Tempat pembuangan sampah akhir jadi saya 100 persen yakin kami dan para tetangga pasti membuang sampah ke sana.

Karena masuk melalui Dapur dan saluran pembuangan kamar mandi maka kami berinisiatif untuk membuat tanggul kecil di pintu kamar mandi dan keluar dapur.

Pertama kali menghadapi banjir betulan di tahun 2012 lalu saat saya sudah bekerja di Jakarta. Ini sebetulnya sisi kelam saat itu ya. Alhamdulillah semenjak itu tidak pernah ada banjir besar lagi. Ya memang masih ada lokasi langganan banjir di Jakarta. Semoga semuanya selalu dilindungi oleh Allah SWT.

Di 2012 itu biasanya daerah tempat tinggal saya tidak pernah kebanjiran. Waktu itu presiden SBY mengijinkan membuka kanal apa gitu untuk di buka. Akhirnya Istana negara juga terendam. Tentu area sekitarnya juga secara langsung terimbas. Jakarta betul betul lumpuh hampir di 85% terendam dan tentu Jabodetabek secara keseluruhan lumpuh total.

Wilayah saya di belakang jalan gajah Mada. Bukan termasuk wilayah merah saat banjir sampai terendam, tergenang juga jarang sekali. Hanya sekali itu saja sampai sekarang terjadi banjir.

Salah satu sebab mengapa Jakarta selalu menerima banjir sebagai tamu tahunan bukan lagi menjadi rahasia umum. Pembangunan kota yang kurang memperhatikan drainase yang baik serta lahan untuk menyerap air yang kurang dan kali yang penuh sampah juga pendangkalan yang cepat menjadi biang keroknya.

Apa yang mesti kita lakukan untuk mencegah banjir selain tidak membuang sampah sembarang adalah memberi lahan yang cukup untuk air bisa menyerap. Trotoar yang dibangun di Jakarta nyaris udah ok dan tempat saluran airnya sudah diberi kemudahan akses untuk dibuka dari sebelumnya yang susah banget dibuka. Pembersihan gorong goroang juga mesti dilakukan.

Peran kerjasama aparat dan warga perlu dilakukan secara berjalan terus menerus dan berkesinambungan. Kesadaran dan kewarganegaraan semua pihak adalah hal yang terpenting. Walaupun di Jakarta sudah ada atap khusus yang bersih bersih kali dan gorong gorong.

Selain karena curah hujan yang besar dan terus menerus, banjir di daerah pesisir juga bisa terjadi akibat naiknya permukaan air laut, baik sedang pasang laut ataupun memang banjir rob.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun