Ini adalah sepenggal kisah hidupku. Aku adalah BBM, tinggalku jauh di dalam perut bumi. Memang aku ditakdirkan ada bumi Indonesia, tepatnya di Riau, kecamatan Duri. Aku berasal dari organisme yang hidup jutaan tahun yang lalu, karena ada pengaruh waktu yang lama, tekanan yang besar dan suhu maka endapan yang lunak itu membatu, aku akhirnya terjebak dicelah batu. Ada di pori-pori batu beratus2 meter bahkan berkilo2 meter dari permukaan bumi.
Kontrak karya pengeboran akhirnya disepakati oleh pemerintah Indonesia dan perusahaan asing itu. Akupun dikeluarkan dengan masih bercampur dengan gas, lumpur dan unsur lain. Sesungguhnya aku dijadikan Allah memang untuk menjadi karunia bagi manusia, khususnya orang Indonesia. Aku diberikan oleh Allah dengan gratis kepada bangsa Indonesia. Hanya perlu mencari titik untuk membuat sumur, sebuah lobang berpipa untuk mengeluarkanku. Sekali lagi aku adalah anugerah Allah yang GRATIS.
[caption id="" align="aligncenter" width="505" caption="Sepenggal perjalananku"][/caption]
Sepenggal kisah perjalananku menjadi sebuah cerita yang sangat panjang, walaupun tidak sepanjang perjalanku secara fisik. Aku ditempatkan disuatu tempat minyak mentah (crude oil) dan dikapalkan untuk digudangkan di Singapura. Rakyat Indonesia yang memang seharusnya menikmati aku, harus melalui rantai yang panjang sebelumnya. Perusahaan minyak Singapura ini mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual minyak dengan biaya pengeboran minyak. Tentu saja suatu bisnis yang menguntungkan. Perusahaan Singapura menjual kepada Petral, anak perusahaan Pertamina. Tentu saja pemerintah Singapura juga ingin untung, maka diberlakukan 2 pajak yaitu pajak Industri dan pajak Perdagangan. Petral melakukan pat gulipat sehingga harga lebih tinggi. Dari mana Pertamina mampu membeli minyak dengan harga tinggi, harga minyak mentah standard Internasional ? Tentu saja dari pajak, dari rakyat. Betapa enaknya pemerintah, pertamina dan petral. Petral ambil untung sebesar2nya karena sebagai perusahaan swasta. Jadi para pemegang saham tentu saja akan untung besar. Pertamina membeli menggunakan uang rakyat, apa ruginya ? Aku dibersihkan dengan pengolahan tertentu.
[caption id="" align="aligncenter" width="498" caption="Gambar Pengolahan BBM"]
Setelah pembersihan, aku dijual pemerintah dengan harga lebih murah ke rakyat. Dari mana kerugian ini ditutup ? dari uang rakyat, bersumber APBN. Inilah yang oleh pemerintah disebut sebagai SUBSIDI.
Minyak rakyat GRATIS diambil oleh perusahaan Asing, dijual kepada perusahaan swasta Indonesia dengan harga tinggi, dibeli pemerintah, dijual lagi kepada rakyat dengan harga tertentu. Sebagai Ilustrasi (angka2 tidak tepat sama karena ada pembulatan dan perbedaan dengan kurs aktual) :
Minyak mentah (Gratis= Rp 0 /liter) diambil oleh perusahaan singapura. Jika biaya pengeboran minyak, pengemasan dan pengapalan total dalam kisaran  Rp 2,000.00/liter. Perusahaan itu menjual kepada Petral dalam kisaran harga Rp 5,500.00/liter (termasuk pajak), karena ada resiko rugi kalau mengebor ternyata tidak keluar minyak. Tapi Petral sebagai wakil Pertamina bilang harganya Rp 7,250.00/liter. Pertamina ‘membeli’ dari Petral dengan penyesuaian harga minyak dunia menjadi Rp 9,500.00/liter. Petral untung Rp 1,750.00/liter. Pertamina untung Rp 1,750.00/liter. Belum lagi jika ada harga minyak yang lebih murah, ada yang hanya Rp 4,300.00/liter maka Petral lebih untung lagi. Berapa sih keuntungan Petral dan Pertamina atau dengan kata lain kerugian rakyat Indonesia ? ‘Hanya’ Rp 5,000.00/liter atau kalau dirupiahkan sekitar Rp 5,000.00/liter X 32 Milyar liter = Rp 160 Trilyun setahun.
Pemerintah melakukan subsidi/rugi Rp 3,000.00/liter atau untung bagi rakyat sebesar Rp 96 Trilyun. Jadi Total keuntungan pemerintah masih lebih dari 60 Trilyun dari jualan bensin ke rakyat.
Mengapa pemerintah bersikap seperti ‘orang lain’ kepada rakyatnya ? Untung 60an T bilangnya rugi 100an T ? (dari bensin saja). Jadi dengan analogi yang sama, semakin untung maka semakin pemerintah bilang rugi. Kalau pemerintah bilang kerugian hampir 200 T maka bisa ditebak keuntungan pemerintah (lebih tepat oknum pemerintah) sekitar 120T.
[caption id="" align="alignnone" width="615" caption="Perbedaan kebijakan subsidi"]
Jadi ada 4 pilihan kebijakan pemerintah yang bisa diambil :
1. Merubah proses pembelian secara langsung, minyak di subsidi, pemerintah rugi dalam kisaran kurang dari Rp 1000
2. Merubah proses pembelian secara langsung, minyak tidak di subsidi, bensin naik menjadi Rp 5.500
3. Tidak merubah proses pembelian, minyak di subsidi, pemerintah rugi dalam kisaran kurang dari Rp 5000/liter
4. Tidak merubah proses pembelian, minyak tidak di subsidi, bensin naik menjadi Rp 8.500.
Pemerintah cenderung mengambil opsi ke-4
Jadi itu jawaban mengapa tidak ada yang berani mengungkit2 petral. KPK ? tidak mungkin. Media dan Wartawan ? sudah disumpal dengan kondom.
Karena itu kita wajib mendukung kenaikan BBM agar Presiden dan orang2 yang menjual minyak kepada rakyat semakin untung. Toh rakyat cukup dibalsem dengan 150 ribu per bulan atau per orang terima 0,00000000125 bagian dari keuntungan. Yang 0,99999999875 bagian dinikmati segelintir orang.
Tunggu dulu, mereka dapat BALSEM bukan dari keuntungan jualan minyak kepada rakyat, tetapi dari utang luar negeri yang harus dibayar oleh rakyat lagi kemudian. Lha keuntungan yang 120T setahun itu kemana ? sudah pasti 100% ditelan oleh kroni2 kemudian dibagi2 dan seterusnya pokoknya aman. Termasuk diantaranya digunakan untuk biaya menipu rakyat dengan dalih sosialisasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI