Mohon tunggu...
fajar maulana
fajar maulana Mohon Tunggu... -

Mahasiswa. Penikmat air putih, Ketoprak & sayur mayur.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sinema "Religi" Laris Manis sebelum Bulan Ramadhan

27 Maret 2011   17:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:23 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1301248335542032292

sejak awal tahun 2011 menurut saya ada tren baru dipertelevisian indonesia, khususnya sinetron (sinema elektronik). sekarang hampir disetiap stasiun televisi punya min. 1 sinetron religi, padahal tidak sedang bulan puasa (ramadhan) lho, tumben !?. mungkin karena masyarakat sudah bosan dengan sinetron yang tema & jalan ceritanya mudah ditebak dan yang itu itu ja : anak hilang, anak tertukar, warisan, & balas dendam keluarga, dll. terlepas dari alur cerita & konflik yang diciptakan oleh para seniman kreatif di Production House (PH), alangkah baiknya sebuah hiburan yang tersedia juga harus diikat oleh sebuah pesan atau "hikmah" yang terkonsen secara detail. bisa dibayangkan ada sebuah sinetron yang episodenya mencapai ratusan bahkan tidak kunjung selesai (*.konflik kok gak kelar - kelar) dan bahkan mencapai session 7 yang alur ceritanya sudah mengular. walau hal tersebut menghibur para pemirsa, tapi masyarakat juga berhak atas edukasi. masa iya, kita terus menerus hidup dalam mimpi seperti jalan cerita di TV & lambat laun yang ada pola pikir kita semua jadi tidak sehat karena konflik yang muter - muter terus. sepatutnya TV sebagai media audio visual tidak sekedar menyajikan hiburan semata karena sisi komersial sebuah hiburan juga harus diikuti dengan edukasi bagi masyarakat agar tidak menjadi "mimpi disiang bolong" bagi segenap pemirsa-nya. hal - hal kreatif harus hidup bersama hal inspiratif, memakai para artis yang rupawan memang tidak salah tapi jika hal tersebut malah menjebak otak maka jadi tidak baik. kita semua tahu bahwa para artis sudah dikategorikan idola bagi sebagian masyarakat bahkan untuk para penduduk usia dini (remaja). maka tidak salah jika kini ternyata banyak pola pikir masyarakat yang terbentuk atas apa yang mereka tonton & mereka rasakan, tapi mungkin tidak terilhami karena tidak semua tontonan inspiratif. dengan semakin banyaknya pilihan tontonan di TV, semoga juga ikut mencerdaskan masyarakat indonesia. rating tinggi & sisi komersial tercapai namun juga patut menjunjung tinggi edukasi nan inspiratif, amin ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun