Pada era Revolusi Industri 4.0 saat ini sudah tidak asing lagi dengan perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi dengan begitu cepat. Dampak era revolusi Industri 4.0 ini tentu sangat besar bagi perilaku di masyarakat.
Informasi yang dapat diakses dengan cepat, mampu membantu kita memberikan dan menerima informasi kepada banyak orang. Hal seperti ini tentunya memberikan sisi positif dalam pengelolaan informasi yang mudah dan murah.
Contoh yang dapat dirasakan yaitu ketika kita menggoogling suatu informasi atau berita dan mempelajari sesuatu melalui video youtube.
Tetapi dibalik kemudahan atau sisi positif dalam mengakses suatu informasi, tentunya memiliki sisi negatif yang dimana kita diharuskan secara bijak untuk memilah dan menyaring suatu informasi.
Seringkali dengan banyaknya informasi yang ada, akhirnya membuat kita mengalami Cognitive Overload, yang dimana tersimpannya suatu data atau informasi penting dan tidak penting pada otak kita.
Hal seperti inilah yang akan menyusahkan kita untuk bagaimana kita memilah dan menyaring suatu informasi dengan bijak sehingga informasi tersebut tidak berujung  pada suatu kesimpulan yang salah. Pada era banjir informasi ini bukan saja informasi valid yang terbawa, tak sedikit informasi yang tak penting atau hoax juga terbawa arus.
Banjir informasi tidak lain adalah dari lingkungan kita sendiri baik teman atau keluarga melalui berbagai macam media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter dan lain sebagainya.
Dari media-media sosial tersebut kita dapat mengetahui setiap aktivitas yang dibagikan oleh mereka, mulai dari aktivitas harian, pekerjaan, pencapaian yang sedang dicapai dan lain sebagainya.
Menjadi hal yang lumrah dalam pemakaian media sosial yaitu seseorang dengan sendirinya  secara spontan membagikan atau memperlihatkan segala sesuatu yang ada dalam diri dan lingkungan sekitar sebagai penjelasan eksistensinya.
Insecure atau rasa tidak aman ini sering kali muncul dari dalam diri kita. Beberapa postingan  atau cerita yang dibagikan oleh teman kita pada dasarnya menunjukan suatu kegiatan atau pencapaian mereka saja, tetapi rasa minder terus menghantui kita bersama beberapa pertanyaan terkait pencapaian kita sendiri.