Penistaan agama merujuk pada tindakan yang merendahkan tokoh suci, simbol, dan doktrin agama tertentu, yang dapat dilakukan oleh individu atau kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat contoh penistaan agama dalam skala kecil. Misalnya, anak-anak yang berbeda agama saling mengejek agama teman mereka. Isu penistaan agama ini menjadi topik yang sensitif dan penuh kontroversi karena melibatkan banyak pihak.
Kasus penistaan agama yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih dikenal dengan Ahok, menjadi topik hangat di masyarakat. Pada tahun 2016, Ahok yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, dituduh melakukan penistaan agama dalam pidatonya di Kepulauan Seribu. Ahok dianggap telah meremehkan Surat Al Maidah ayat 51 dalam Al Qur'an dengan mengatakan untuk tidak mempercayai surat tersebut. Hal ini langsung memicu kemarahan umat Islam, karena Surat Al Maidah adalah bagian dari Al Qur'an, yang merupakan petunjuk hidup bagi umat Islam.
Setelah menjalani proses hukum yang berlarut-larut, Ahok dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara dan dijatuhi hukuman dua tahun penjara atas kasus penistaan agama pada Mei 2017. Namun, Ahok mendapatkan pembebasan bersyarat pada Januari 2019 setelah menjalani sebagian dari hukumannya. Kasus Ahok ini memicu demonstrasi dan memecah belah masyarakat. Kasus ini menjadi tantangan bagi masyarakat Indonesia untuk lebih memperkuat persatuan dan kesatuan, meningkatkan toleransi, dan mempererat dialog antar agama, dengan harapan kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Penistaan agama memiliki konsekuensi yang signifikan, salah satunya adalah dapat menyakiti perasaan orang yang memeluk agama yang dinistakan. Penistaan ini seringkali dipandang sebagai serangan langsung terhadap perasaan mereka. Agama berkaitan dengan keyakinan individu. Setiap orang memiliki hak untuk memegang keyakinan mereka sendiri. Oleh karena itu, merendahkan, menghina, atau mencela keyakinan orang lain tidaklah tepat.
Dalam Islam, komunikasi menekankan berpikir sebelum berbicara, kejujuran, menghargai dan menghormati orang lain. Hal ini mencakup mendengarkan dengan empati dan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berbicara.
Harus diingat bahwa komunikasi dalam Islam seharusnya mencerminkan nilai-nilai agama dan tujuan yang mulia. Dengan komunikasi yang efektif dan baik, pesan-pesan Islam dapat disebarkan lebih luas dan membantu membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang agama ini. Umat Islam yang telah menerapkan prinsip-prinsip komunikasi Islam dalam kehidupan sehari-hari pasti akan terhindar dari konflik dan mampu menciptakan harmoni dan perdamaian di tengah berbagai perbedaan, khususnya perbedaan agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H