Mohon tunggu...
Fajar Fajriansyah
Fajar Fajriansyah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung (Government Management of Accounting 2013) , Pecinta IT dan Olahraga , Y! fajar_fajriansyah@rocketmail.com LINE : fajriansyahfajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa : Nilai atau karakter yang di cari ?

26 Oktober 2013   19:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:00 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="(sumber : keguruan.umm.ac.id)"][/caption]

Proses pembelajaran adalah proses dimana kita mencari secuil ilmu yang ingin kita dapatkan , dimana pun dan kapan pun . Tidak ada penjelasan yang pasti bahwa segala ilmu berasal dari sekolah formal . Masyarakat selama dia masih WNI , wajib mengenyam pendidikan setinggi-tingginya sesuai dengan Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :

(1)    Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Perubahan ketentuan Pasal 31 ayat (1) terletak pada penggantian kata tiap-tiap menjadi setiap dan kata pengajaran menjadi kata pendidikan. Perubahan kata dari tiap-tiap menjadi setiap merupakan penyesuaian terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Adapun perubahan kata pengajaran menjadi pendidikan dimaksudkan untuk memperluas hak warga negara karena pengertian pengajaran lebih sempit dibandingkan dengan pengertian pendidikan.

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

[caption id="" align="aligncenter" width="582" caption="(sumber : fannyrofalina.blogspot.com)"]

[/caption]

Yang tujuan awal nya menurut ayat 3 adalah:

(3) Pemerintah  mengusahakan dan  menyelenggarakan  satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Ketentuan ini mengakomodasi nilai-nilai dan pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai bangsa yang religius dengan memasukkan rumusan kata meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia sementara tujuan sistem pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pandangan kita lagi- lagi keliru tentang tujuan pendidikan yang mengharuskan para siswa berkompetisi hanya untuk mendapatkan nilai yang tinggi agar bisa lulus . Tapi apakah pendidikan hanya untuk mencari nilai tinggi saja ? hanya mencari kelulusan belaka ? Tanpa memperdulikan nilai-nilai moral yang sebenarnya harus didapatkan disekolah ? Jika hanya mementingkan angka saja , serta para guru dan dosen menekankan kepada mereka agar mendapatkan nilai yang terbaik “ITU SAMA SAJA MENDIDIK MEREKA UNTUK MELAKUKAN SEGALA CARA UNTUK BISA LULUS” yang sama saja dengan mendidik mereka untuk menjadi “BAKAL CALON KORUPTOR MASA DEPAN” .

Memang nilai angka itu penting , tapi apakah moral dan karakter tidak penting ? Coba anda bayangkan jika penekanan itu dilakukan secara terus menurus , maka hal yang akan terjadi adalah “DEPRESI MASSAL” para pencari ilmu . Mereka akan tertekan dan alhasil apabila semua tidak tercapai mereka melakukan jalan pintas . Hanya 2 kemungkinan yang akan terjadi apabila mereka tidak mendapatkan nilai yang bagus “GILA” ATAU “MATI BUNUH DIRI” .

[caption id="" align="alignnone" width="320" caption="(sumber : tiap-hari.blogspot.com)"]

[/caption] [caption id="" align="alignnone" width="663" caption="(sumber : video.news.viva.co.id)"]
(sumber : video.news.viva.co.id)
(sumber : video.news.viva.co.id)
[/caption]

Tahukah anda film 3idiots ? Dalam film tersebut menceritakan tentang system pendidikan yang hanya mementingkan nilai belaka . Para mahasiswa tertekan , mereka putus asa dan hasilnya mereka memilih jalan quit . Ya , mereka bunuh diri . Dalam film tersebut salah satu tokoh menjelaskan statistik bahwa setiap satu jam setengah ada mahasiswa yang bunuh diri akibat tertekan .

Mengapa mereka melakukan tersebut ? Adalah rasa malu terhadap orang tua mereka , terhadap dirinya sendiri bahwa dia telah gagal . Saya merasakan bagaimana sulitnya menanggung beban , tanggung jawab terhadap orang tua dimana mereka menggantungkan harapan kepada anaknya untuk bisa sekolah , dan suatu ketika akan membanggakan mereka .

Saya bukan memprovokasi bahwa nilai tidaklah penting , tapi yang saya inginkan adalah sebuah keseimbangan antara nilai dan karakter dalam sebuah ,pendidikan . Harus ada penilaian yang berbeda yang tidak hanya dilihat dari segi nilai angka belaka .Bagaimana anda tahu bahwa siswa yang mendapatkan nilai tertinggi adalah siswa yang baik , yang jujur ? Dan bagaimana anda tahu bahwa siswa yang nilai rendah adalah siswa pemalas ? siswa bodoh ?

Tidak semua pelajar yang mempunyai nilai tertinggi adalah pelajar yang memiliki karakter yang baik dan jujur , tapi semua pelajar yang memiliki karakter baik pasti jujur . Sekarang hanya dua pilihan “PILIH PELAJAR DENGAN NILAI TINGGI , TAPI KARAKTER BURUK” atau “PELAJAR YANG BIASA-BIASA SAJA , TAPI MEMILIKI KARAKTER YANG BAIK” . Kemajuan Pendidikan akan bergantung pada pilihan anda sekarang .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun