Ketika matahari mulai sembunyi..
Segala kisah anak seorang petani yang sedang berevolusi merangkai sebuah puisi..
Perihal rasa meliuk-liuk di riak  ramu yang belum purna teraduk hingga mataku kadang tertunduk..
Aku Melangitkan do'a dan harapan  sebagai hamba kepada sang maha maha pencipta..
Mengungkapkan tanda baca seirama kumparan kumparan dosa..
Bersuara dalam kelu yang entah sampai kapan akan menjadi buaian semoga..
Tentang syukurku yang meluruh pada tuan dan Tuhan..
Adakah singgasana yang tersisa untuk ku ?
Hati ini serasa iri dan dengki..
Melihat suratan kisah tentang segala kesombongan diri..
Aku memilih bersembunyi di balik do'a, menjadikan air mata sebagai pirsawan perihal rasa..
Bentangan sajadah ku mengambil peran, semoga rasa syukur ku dipertahankan oleh Tuhan.. Â Amin
Lamongan, Desember 2020Â
Fajar Dwi Cahyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H