Salah satu Anak didik sekolah SABIT yang melakukan eksperimen di "Science Fair", Sabtu (30/04). Atas Perkenan : Dokumentasi Pribadi
30 April 2016, adik saya Hafiz Nurul Haq beserta dengan siswa-siswa yang lain mengadakan pameran Science Fair yang diselenggarakan SABIT (Sekolah Alam Bambu Item). Siswa-siswa di sini melakukan pelbagai eksperimen dengan korelasi dengan ilmu sehari-hari dan ilmu Agama Islam yang ia peroleh selama pengajaran berlangsung sebelum pelaksanaan Science Fair di sana.
Untuk mengenal singkat tentang sekolah SABIT, izinkan saya untuk menganalisisnya secara amatiran. Juga dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei.
SABIT atau Sekolah Alam Bambu Item, merupakan salah satu institusi pendidikan dengan integrasi terhadap alam dan implementasi kurikulum pendidikan di Indonesia. Berbasis di Desa Bojong Kulur, Kab. Bogor (kurang lebih 10 km dari Pusat Kota Bekasi).
Apa yang diajarkan?
Di sekolah ini, SABIT memiliki interaksi langsung dengan alam. Anak-anak di sini diajarkan secara tidak terpaksa, sesuai kemampuan dan kemauan anak didiknya dan biasa mendidik dengan budi pekerti.
Di sekolah ini, SABIT tidak mengenal seragam sekolah yang umum dilakukan, namun SABIT melakukan implementasi dan peranan besar terhadap ilmu yang dilakukan oleh anak didiknya. Dengan interaksi alam ini, anak-anak melakukan implementasi langsung terhadap alam. Seperti, melakukan banyak eksperimen dan menghasilkan pameran, seperti yang diadakan Sabtu kemarin (30/04).
Sekolah ini juga mengajarkan melatih profesionalitas pada anak didik sejak usia dini, seperti membuat perencanaan dengan matang, mengajarkan membuat detail tugas dan pekerjaan yang dihadapi anak didiknya serta melakukan sebuah kerjasama tim yang solid. Dengan pengajaran ini, anak didik di sekolah ini sudah mendapatkan sebuah karakter yang ada pada anak didiknya. Sesuai dengan visi SABIT, Cerdas, Kreatif dan Mandiri.
----
Iya, kurang lebih sistem pendidikan kita yang sebenarnya adalah mendidik anak kita dari segi potensi, bakat dan kemampuan anak kita sendiri. Tidak terbebani oleh beban pelajaran yang menumpuk pada diri anak itu sendiri, seperti femomena yang umum terjadi pada masyarakat kita sekarang.