[caption caption="Bus New Shantika Melintasi Cipali, Salah satu ruas jalan tol TransJawa. Jalan tol ini selain menimbulkan banyak korban akibat kecelakaan pada ruas ini, juga rawan terhadap kontur tanah yang labil. Sumber: Instagram fajarpbb"][/caption]21 Maret 2016, ketika saya sekeluarga sudah merasa lelah dari Bandung, kita putuskan untuk pulang via Lembang dan Cipali menggunakan mobil pribadi, masuknya dari GT. Subang.
Masuk ke Cipali, beberapa foto bus sempat saya lakukan selama di Cipali sebagai dokumentasi dan publikasi saya melalui Instagram.
Seakan Seadanya
Namun, yang menjadi perhatian penting bagi saya adalah sistem pondasi konstruksi yang ngawur dan finishing yang tidak sempurna. Ini salah satu PR besar Lintas Marga Sedaya, setelah beberapa insiden kecelakaan tol Cipali, terulang.
Memang, serasa seperti ruas tol Cipularang dengan tingkat kerusakan parah karena berada di kondisi tanah yang labil dan rawan gempa.
Ketika pondasi konstruksi tidak kuat menahan beban kontur tanah, LMS seakan seadanya menggantikan perkerasan jalan dari beton ke aspal di beberapa titik, terutama pada ruas Kalijati hingga Cikopo
Sehingga untuk mobil kelas-kelas LCGC, Mini Bus, MPV dan sebagainya mudah sekali goyang ketika menghadapi kontur tanah yang labil. Akan sangat membahayakan ketika kecepatan mobil-mobil tersebut di atas 100 km/jam melintasi area-area tersebut.
Iya, kontur tanah di wilayah Cipali sebagian besar adalah tanah bergerak, karena beberapa wilayah di sekitar jalan tol Cipali rawan amblas dan longsor.
Cipali sendiri memiliki 2 jenis perkerasan jalan. Perkerasan Kaku (Beton) dan Perkerasan Fleksibel (Aspal).
Perkerasan kaku berada pada SS. Cikopo – SS. Subang (Km. 72+600 – 110+800) dan Rest Area Jatiwangi B (Km. 163+200) hingga SS. Palimanan (Km. 189+000). Sisanya, menggunakan perkerasan fleksibel.
Penyebab Kontur Tanah Labil