Mohon tunggu...
Bintang Fajar
Bintang Fajar Mohon Tunggu... -

Membawa kembali fajar untuk Indonesia yg gemilang, warga Kota Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cantik Itu Tegas: Satu Dimensi Kepemimpinan Airin Rachmi Diany

11 September 2015   17:58 Diperbarui: 11 September 2015   18:21 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, komitmen (commitmet). Airin seolah menyadari betul bahwa di antara beberapa sikap kerja yang utama, komitmen organisasi merupakan hal yang sangat penting. Tak heran jika ia cukup selektif memilih dan menempatkan pegawai, salah satunya, dengan melihat aspek komitmen ini. Komitmen yang dimaksud adalah komitmen afektif, yaitu sejauhmana seseorang mengidentifikasi diri (secara psikologis) dengan organisasi beserta tujuannya, serta seberapa kuat ia punya keterikatan moral dengan organisasi. Airin selalu menagih dan mengingatkan masalah komitmen ini di kalangan SKPD.

Tiga hal di atas jadi kunci Airin membangun kerja sama yang kuat serta membangkitkan kesadaran akan pentingnya nilai dan tujuan organisasi pemerintahan. Melalui tiga hal itu, Airin berupaya semaksimal mungkin merajut bahasa yang sama (common platform) sebagai pijakan kebersamaan (common denominator) aparatur birokrasi. Walaupun upaya ini tidak mudah dan tidak singkat, tetapi ia tak pernah lelah menyampaikan tiga hal di atas pada jajaran SKPD. Kadang ia menyampaikannya secara transaparan, kadang ia mebahasakannya dengan istliah yang berbeda.

Misalnya, ketika Airin melantik 114 pejabat struktural di lingkup pemerintah Kota Tangerang Selatan pada 19 September 2013. Pejabat yang dilantik berdasarkan Keputusan Wali Kota Nomor 821.2/KEP.486-BKPP/2013 itu terdiri dari 4 orang pejabat eselon II, 26 pejabat eselon III dan 84 pejabat eselon IV. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa seorang pejabat haruslah kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas (3K) melayani tuntutan dan aspirasi masyarakat. Bahkan ia mendorong agar mereka bersikap dan berpikir out of the box dalam menyikapi keadaan. Sebab menurutnya, pola pikir yang biasa-biasa saja tidak akan melahirkan sesuatu yang brilian dan inovatif. Sementara, yang dibutuhkan sekarang adalah bagaimana mendekati masalah lama dengan cara baru.

“Saya sangat menghargai dan mengapresiasi pejabat yang mau kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas,” kata Airin suatu waktu.

Airin tak pernah lelah mengingatkan agar para pejabat dan PNS bekerja sungguh-sungguh. Untuk itu, ia pasti mengontrol pekerjaan bawahannya baik melalui evaluasi di rapat rutin maupun dengan cara cross ceck langsung ke lapangan. Tak jarang ia memberi teguran atau treatment ketika itu juga jika mengetahui kinerja mereka di bawah harapan.

“Jangan hanya sebatas bekerja karena menunaikan kewajiban. Jangan datang, terus pulang. Harus ada tanggung jawab dan visioner,” kata Airin dalam salah satu pernyataannya di depan para pegarawai di Cilenggang, Serpong, Kamis 23 Agustus 2012.

Pernyataan tersebut untuk menanamkan budaya kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas di tubuh birokrasi. Jika selama ini pejabat atau PNS biasanya dikenal hanya bekerja sesuai tugas pokok dan fungsi, maka Airin ingin mengarahkannya lebih berorientasi pada ouput atau hasil. Sehingga, tidak heran ketika ia menjelaskan mengenai tugas dan tanggung jawab suatu jabatan, ia selalu memulainya dengan menjabarkan target dan capaian yang harus terwujud pada periode tertentu.

Walaupun demikian, dengan menekankan prinsip kerja 3K serta mendorong pola pikir kreatif dan inovatif yang out of the box, bukan berarti Airin serta merta membolehkan bawahannya menerobos aturan yang berlaku. Baginya, aturan tetaplah harus ditaati. Pedoman pelaksanaan teknis yang tertuang dalam tiap bidang tugas mesti diikuti agar hasilnya tidak bertolakbelakang dengan tujuan yang sebenarnya. Yang ingin ia hindarai ialah jangan sampai dengan bersikap hati-hati justru tidak melahirkan kreasi program dan kebijakan apa-apa.

[1] Pernyataan aslinya: “Jumlah buku yang dapat ditulis mengenai hakikat manusia tak ada habis-habisnya”, lihat C.A van Peursen, bagian awal buku Strategi Kebudayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun