Minggu ini saya tidak terlalu banyak menonton film. Maret 2012 mungkin adalah salah satu bulan terbaik di tahun ini. Ada episode finale dari The Walking Dead musim ke-2 yang sangat-sangat anti-klimaks. Juga akhirnya film The Raid: Redemption tayang di Indonesia. Sayangnya, saya belom menonton lagi film tersebut, tapi bagi kompasianer yang ingin membaca liputan khusus saya soal The Raid bisa dibaca di sini dan di sini (saya sudah menontonnya di bulan November 2011, namun sayang ketinggalan 10 menit pertama). Senang, bahwa bulan Maret adalah bulan film nasional, tanggal 30 Maret adalah hari perfilman nasional. Kineforum di tahun ke-6 kembali membuat Bulan Film Nasional dengan program Sejarah adalah Sekarang. Banyak film Indonesia yang diputar secara gratis (info di sini) sampai 31 Maret 2012 mendatang. Dan yang lebih menggembirakan lagi adalah Mad Men musim 5 akan tayang kembali hari Minggu ini. BIG YES! Selamat hari Minggu, juga Selamat Hari Raya Nyepi bagi yang merayakan, dan selamat menonton! (FBS)
Babi Buta yang Ingin Terbang (2008) B- [caption id="attachment_170555" align="aligncenter" width="600" caption="Ladya Cheryl dalam Babi Buta yang Ingin Terbang (babibutafilm)"][/caption] Directed by Edwin Starring: Ladya Cheryl, Pong Hardjatmo, Joko Anwar, Carlo Genta Menonton film ini seperti melihat luka yang selama ini selalu ditutupi jika kita hidup di Indonesia. Bagaimana orang-orang minoritas (non pribumi, wanita, kaum homoseks) masih dikucilkan oleh banyak orang. Tapi sayang, Edwin membawakan Babi Buta, yang kalau menurut saya, dengan banyak simbol dan hal-hal yang absurd. Agak susah untuk mencerna fim ini. Ada banyak cerita di sini, tentang Linda, Cahyono, Halim, Salma, Romi, Yahya, dan Opa. Unsur SARA sangat kuat di film ini, sehingga tidak banyak atau bahkan orang-orang yang sensitif terhadap SARA bisa gerah menontonnya. Mirip seperti film Cin(T)a. Yang jelas, Edwin sudah berani menyuarakan pendapatnya lewat Babi Buta. Film ini begitu berani untuk keluar dari jalur industri. Babi Buta was trying to be big, but the tones too pretentious. (Trailer di sini)
Kebun Binatang (2012) B+/A-
[caption id="attachment_170556" align="aligncenter" width="648" caption="Ladya Cheryl dan Nicholas Saputra dalam Kebun Binatang (babibutafilm)"]
[/caption] Directed by Edwin Starring: Ladya Cheryl, Nicholas Saputra
Kebun Binatang pertama kali diputar di Festival Film Berlin 2012 di seksi
in competiton pada Februari lalu. Mungkin film ini menjadi film Indonesia pertama yang berhasil masuk ke
the big three (Cannes, Venice, Berlinale). Akhirnya, pertengahan minggu lalu, film ini diputar pertama kali untuk publik dan pers di Indonesia pada acara
Bulan Film Nasional yang diselenggarakan oleh Kineforum. Kebetulan saya hadir dan ikut menonton serta berdiskusi dalam tanya jawab dengan Edwin dan Seno Gumira Ajidarma. Jujur, saya lebih suka
Zoo (kependekan dari
Posctards from the Zoo, judul internasional dari
Kebun Binatang) ketimbang
Babi Buta.
Zoo bercerita tentang Lana (Ladya Cheryl) yang sejak kecil ditinggal oleh orang tuanya dan tinggal di kebun binatang Ragunan. Lana sama sekali tidak tahu tentang dunia luar. Kehidupannya tiap hari diisi dengan bermain dan menjadi pengasuh hewan-hewan tersebut. Sampai akhirnya, datang pesulap tanpa nama dengan pakaian koboi (Nicholas Saputra) membawa Lana keluar dari
comfort zone-nya. Dunia luar jauh lebih liar ketimbang kehidupan di dalam kebun binatang. Banyak tipu daya, seks, dan kesedihan. Saya lebih suka
Zoo ketimbang
Babi Buta. Bagi saya,
Zoo lebih pop, ceritanya lebih menarik, dan bisa membuat penonton terintimidasi. Masih sama seperti
Babi Buta,
Zoo banyak bermain dengan simbol-simbol, seperti contoh bagaimana Edwin mengatakan bahwa jerapah adalah hewan yang paling anggun atau bagaimana perbandingan hewan dalam kandang dengan seorang pelacur. Edwin adalah sosok yang unik, tapi bukan berarti yang terbaik. Idealismenya masih sangat tinggi. Di sesi tanya jawab, dia berkata bahwa plot tidak penting dalam sebuah film, justru bahasa gambar yang paling penting. Inilah yang membuat hampir setiap film Edwin bahasa gambar lebih banyak berbicara; plot dibangun oleh gambar, dan selalu minim dialog. Edwin selalu menjawab berbagai pertanyaan dengan santai dan mempersilahkan penonton untuk menginterpretasikan sendiri makna filmnya. Film ini sangat provokatif sekaligus puitis dan polos. Mungkin,
Zoo adalah film Indonesia pertama di era 2010-an yang menampilkan
full frontal nudity (ketelanjangan) baik pria maupun wanita. Ketika saya bertanya apakah publik Indonesia siap dengan tipe film seperti ini, Edwin menjawab bahwa akan ada penyesuaian dan kaget adalah hal yang wajar. Yang penasaran dengan
Zoo, tonton film ini karena sedang diputar di Kineforum sampai tanggal 31 Maret. Jarang kita bisa melihat Ragunan begitu indah. (Trailer
di sini)
Being Elmo: A Puppeteer's Journey (2011) A- [caption id="attachment_170557" align="aligncenter" width="641" caption="Kevin Clash at event of Being Elmo: A Puppeteer"]
[/caption] Directed by Constance Marks Starring: Kevin Clash, Whoopi Goldberg Saya pecinta film dokumenter. Yang membuat saya menonton film ini mungkin karena efek
The Muppets. Saya fans baru
The Muppets.
Being Elmo mengisahkan perjalanan hidup dan jatuh bangun Kevin Clash, sosok yang berhasil memperjuangkan mimpi dan kecintaannya terhadap boneka tangan
muppets ini. Tokoh Elmo berhasil mencapai popularitas pada masa Clash. Yang saya suka dari sebuah dokumenter adalah sisi realita, banyak sekali ironi kehidupan yang diobral dalam sebuah dokumenter. Ironi tersebut kadang baik, kadang buruk. Pada
Being Elmo, ironi ini adalah kerja keras seorang Clash. Clash membuktikan untuk jangan pernah malu dengan mimpi yang besar. Saya menangis menonton dokumenter ini. Dan satu kalimat yang saya suka ketika Clash berkata "
all of those things (obstacles) will go away, if you really focus on what makes you happy." Thank you, sir, for all the hugs. (Trailer
di sini)
The Hunger Games (2012) A
[caption id="attachment_170558" align="aligncenter" width="640" caption="Still of Jennifer Lawrence in The Hunger Games (© 2011 - Lionsgate)"]
[/caption] Directed by Gary Ross Starring: Jennifer Lawrence, Liam Hemsworth, Josh Hutcherson
The Hunger Games is ain't Twilight. Film ini sangat kuat unsur politikalnya dan penuh intrik. Yang tidak membaca bukunya akan tetap bisa menikmati film ini. Jennifer Lawrence adalah aktris masa depan. Banyak adegan yang apik.
The production design was great. The music was great. Everything in this movie was great. Tapi sayangnya sedikit klise. Sudah banyak yang menulis tentang
The Hunger Games dan saya tidak ingin banyak berbicara. Cepat tonton film ini dan antri di bioskop! (Trailer
di sini)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Lyfe Selengkapnya