[caption id="attachment_183600" align="aligncenter" width="549" caption="Ilustrasi "The Number One" (dok.pribadi)"][/caption]
Judul di atas sebenarnya mau mengatakan: "Biarkanlah Yoda dan (Regina/Seand) Bertarung di Grand Final demi Kapitalisme."
Judul ini lahir dari keyakinan pribadi bahwa panggung Indonesian Idol merupakan panggung sandiwara demi kapitalisme. Mengapa?
Pertama, apakah ada transparansi dalam hal perolehan polling sms sampai sejauh ini? Tidak ada
Kedua, dari pilihan lagu yang digunakan peserta sudah bisa dibaca siapa-siapa saja yang bakalan pulang. Jogja adalah lagu pilihan untuk Dion yang mengantarnya untuk pulang.
Ketiga, apakah betul hanya ditentukan oleh polling sms? Saya rasa tidak sepenuhnya! Ada tangan tersembunyi yang mengatur semua skenario di panggung Indonesian Idol demi sms, uang, kapitalisme.
Keempat, Indonesian Idol hanyalah panggung sandiwara demi kapitalisme, bukan sepenuhnya ajang pencari bakat. Mengapa? Siapa saja yang juara pertama di panggung idol yang menghasilkan album dan eksis sampai dengan saat ini? Hampir pasti tidak ada atau belum ada. Justru orang seperti Judika yang runner up yang sejauh ini masih eksis. Lalu panggung Idol untuk apa?
Untuk uang dan uang.
Karena itu, jangan heran jika yang akan dibirkan "tangan tersembunyi" melaju ke babak Grand Final adalah Yoda dan Regina/Seand. Keduanya diskenariokan untuk maju ke babak final, agar tampak lebih dramatis pertarungan sms-nya. Jika tidak uang melalui sms pendukung tidak akan banyak diraup.
Dengan demikian, saksikan dramatisasi Indonesian Idol menuju Grand Final. Saya yakin salah satu dari kedua wanita itu tidak akan dibiarkan untuk melaju bersama menuju Grand Final.
Tanya kenapa?